Selasa 29 Sep 2020 01:07 WIB

NASA Tunda Penelitian Kehidupan di Satelit Saturnus

NASA memetakan Titan menggunakan data dari pengorbit Cassini, ada kemiripan bumi.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agus Yulianto
Wahana Dragonlfy yang akan menjelajah Titan, bulan terbesar di Saturnus.
Foto: nasa
Wahana Dragonlfy yang akan menjelajah Titan, bulan terbesar di Saturnus.

REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA -- NASA telah menunda misinya yang akan datang ke satelit Saturnus, Titan, yang diduga dapat mendukung kehidupan manusia di sana. Alasan penundaan misinya dikarenakan masalah anggaran yang disebabkan oleh pandemi virus corona.

Dalam sebuah pernyataan yang diposting ke situsnya, NASA mengatakan, peluncuran untuk penelitian ke Titan semula dijadwalkan terjadi pada 2026. Namun, sekarang diperkirakan akan terjadi pada 2027. 

Tanggal peluncuran selanjutnya akan ditentukan berdasarkan pada faktor-faktor di luar tim proyek Dragonfly, termasuk dampak Covid-19 pada Anggaran Divisi Ilmu Planet.

tida

photo
Lima satelit / bulan Planet Saturnus yang mengorbit diambil oleh wahana angkasa Cassini yang mengorbit di sekitar planet tersebut. - (University of Colorado, LASP/NASA/REUTERS)

Awalnya peluncuran dijadwalkan mendarat di Titan pada 2034, tetapi belum ada jangka waktu yang diperbaharui. “NASA sangat percaya pada tim Dragonfly untuk menyampaikan misi sukses dengan melakukan sains yang menarik ini. Dragonfly akan secara signifikan meningkatkan pemahaman kita tentang dunia yang kaya organik ini, dan membantu menjawab pertanyaan astrobiologi utama dalam pencarian kita, untuk memahami proses yang mendukung perkembangan kehidupan di Bumi,” kata direktur Divisi Ilmu Planet NASA, Lori Glaze, dalam sebuah pernyataan.

Pada Juni 2019, NASA mengatakan, Dragonfly akan menjadi misi berikutnya dalam program New Frontiers. Peluncuran akan terbang ke lusinan lokasi yang menjanjikan di satelit langit.

"Satelit samudra itu adalah satu-satunya satelit di tata surya kita yang memiliki atmosfer padat, dan kami sangat senang melihat apa yang ditemukan Dragonfly," kata Administrator NASA Jim Bridenstine dalam tweet yang menyertai pengumuman Juni 2019.

Atmosfer Titan empat kali lebih padat dari Bumi, dan menurut NASA itu sama dengan ketika Bumi berada di masa purba.

Pada September 2018, badai debu terlihat di Titan untuk pertama kalinya, meningkatkan kemungkinan badai dapat menjadi pendahulu kehidupan alien di benda angkasa.

Para peneliti mengungkapkan pada Januari 2019, curah hujan telah terlihat di Titan pada 2016, yang menyebabkan fitur reflektif di dekat kutub utara satelit itu.

Beberapa bulan kemudian, pada November 2019, NASA memetakan Titan menggunakan data dari pengorbit Cassini, yang selanjutnya menunjukkan kemiripannya dengan Bumi.

sumber : Foxnews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement