Jumat 18 Sep 2020 00:45 WIB

Jelang Ajal, Pendengaran Seseorang Tetap Aktif

Peneliti mengungkap, orang yang sekarat kemungkinan masih bisa mendengar.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Pasien di ruang perawatan intensif (ICU) rumah sakit. Orang yang sekarat kemungkinan masih bisa mendengar.
Foto: EPA-EFE / NEIL HALL
Pasien di ruang perawatan intensif (ICU) rumah sakit. Orang yang sekarat kemungkinan masih bisa mendengar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian dilakukan dengan membandingkan data electroencephalography (EEG), ukuran aktivitas listrik di otak, yang dikumpulkan saat pasien dalam keadaan sadar hingga menjadi tidak responsif lagi. Pasie-pasien tersebut kemudian dibandingkan dengan kelompok orang yang sehat.

Studi mengamati respons otak terhadap berbagai pola suara umum dan langka yang mengubah frekuensi. Dari situ, mereka menemukan bahwa respons dari beberapa pasien dalam kondisi sekarat terhadap suara serupa dengan respons orang sehat. Bahkan, kondisi ini terjadi beberapa jam sebelum seseorang mengalami kematian.

Baca Juga

"Dalam beberapa jam terakhir sebelum kematian, banyak orang memasuki masa tidak responsif. Tetapi, data kami menunjukkan bahwa otak yang sekarat dapat merespons suara, bahkan dalam keadaan tidak sadar, hingga jam-jam terakhir kehidupan," ujar penulis utama studi, Elizabeth Blundon, seorang mahasiswa doktoral psikologi di University of British Columbia, dilansir Health 24, Kamis (17/9).

Rekan penulis studi Lawrence Ward, seorang profesor psikologi, mengatakan bahwa para peneliti dapat mengidentifikasi proses mental tertentu pada kedua kelompok peserta. Ia juga menyebut bahwa tim harus melihat dengan sangat hati-hati pada data peserta kontrol individu untuk melihat apakah masing-masing dari mereka menunjukkan jenis respons otak tertentu sebelum merasa yakin otak pasien yang tidak responsif bereaksi.

Romayne Gallagher, seorang dokter perawatan paliatif yang juga menjadi rekan penulis studi mengatakan, penelitian ini memberi keyakinan pada fakta bahwa perawat rumah sakit dan dokter memerhatikan bahwa suara orang yang dicintai membantu menghibur seseorang di akhir hidupnya. Ia mengatakan, ini berarti sangat penting hari-hari dan jam-jam terakhir kehidupan.

"Bagi saya, ini menambah arti penting pada hari-hari dan jam-jam terakhir kehidupan serta menunjukkan bahwa kehadiran orang yang disayangi, baik secara langsung maupun per telepon, sangat berarti. Sungguh nyaman bisa mengucapkan selamat tinggal dan mengungkapkan cinta,” jelas Gallagher.

Sementara bukti aktivitas otak mendukung gagasan bahwa orang yang sekarat mungkin mendengar, tidak diketahui apakah mereka menyadari apa yang mereka dengar. Blundon mengatakan, otak mungkin merespons rangsangan pendengaran, tetapi tidak mungkin mengetahui apakah mereka mengingat, mengidentifikasi suara, atau memahami bahasa.

"Ada semua pertanyaan lain yang belum terjawab. Pandangan sekilas pertama ini mendukung gagasan bahwa kita harus terus berbicara dengan orang-orang ketika mereka sekarat karena sesuatu sedang terjadi di otak mereka,” kata Blundon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement