Kamis 06 Aug 2020 20:21 WIB

Ilmuwan Temukan 13 Ribu Spesies Tumbuhan di Pulau Papua

Pulau Papua memiliki keanekaragaman lebih tinggi dibandingkan Madagaskar.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Hutan
Foto: pixabay
Ilustrasi Hutan

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Pulau Papua atau New Guinea  memiliki keanekaragaman tumbuhan tertinggi dari beberapa Pulau di Dunia. Pulau  tropis terbesar di dunia ini, memiliki 16 persen keanekaragaman tumbuhan lebih banyak daripada Madagaskar sebagai Pusat Keanakaragaman Hayati. Pulau ini memiliki lebih dari 13 ribu spesies.

Hal ini berdasarkan studi kolaborasi global antara personil Balitbangda Provinsi Papua Barat dan Universitas Papua bersama dengan para ahli dari 19 negara. Ini merupakan studi pertama yang merangkum data dan membuat daftar semua spesies tumbuhan di Pulau Papua.

Baca Juga

Para Ilmuwan berharap dengan data terbaru ini akan membantu percepatan  penelitian keanekaragaman tumbuhan, sebagai informasi dasar bagi kebijakan  dan perencanaan pelestarian dan konservasi sumber daya alam serta  mendukung kebijakan pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua, khususnya di Provinsi Papua Barat.

Para penulis dari berbagai institusi menemukan ada 13.634 spesies tumbuhan dari 1742 genus dan 264  famili. Jumlah ini memposisikan Pulau Papua sebagai pulau dengan keanekaragaman tumbuhan terkaya di dunia. Data ini menunjukkan bahwa Papua  memiliki lebih banyak dari Madagascar  yang telah diketahui sebagai pusat keanekaragaman hayati (16 persen), yang tercatat memiliki 11.488 spesies. 

Dari data tersebut, para ilmuwan menemukan 68 persen (9.301) merupakan  spesies tumbuhan endemik di Pulau Papua. Artinya, lebih dari dua pertiga dari tumbuhan tersebut tidak  ditemukan di tempat  lain.

Hal ini menjadikan Pulau Papua sebagai satu-satunya kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki spesies endemik daripada yang non-endemik dan tidak tersaingi di  Asia Tropis.

Dari keunikan  ini, para ilmuwan percaya, berdasarkan daratan yang lebih luas  dan keragaman habitat, lokasinya ditandai  dengan adanya persimpangan antara  Asia Tenggara, Australia dan Pasifik,  serta memiliki salah satu sejarah tektonik yang paling kompleks di dunia.

Charlie D. Heatubun, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat dan juga  uru Besar Botani Hutan pada Fakultas  Kehutanan Universitas Papua Manokwari yang  terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa Pulau Papua telah menarik perhatian naturalis selama  berabad-abad. 

"Pulau Papua merupakan rumah bagi ekosistem yang paling dilestarikan di  planet ini. Dari hutan bakau, hamparan luas hutan dataran rendah hingga padang rumput Alpine yang tidak tertandingi pada tempat lain di wilayah  Asia-Pasifik," kata  Prof. Charlie D. Heatubun dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (6/8).

Prof. Charlie menjelaskan, para ahli Botani telah mengidentifikasi dan memberi nama pada koleksi tumbuhan  di Papua sejak abad ke-17. Mereka juga menyimpan sampel koleksi tumbuhan berupa herbarium di Papua New Guinea,  Indonesia, Belanda, Inggris.

Namun,  meskipun ada kemajuan penting dalam  beberapa dekade terakhir dalam menyelesaikan taksonomi dari banyak  tumbuhan di Pulau Papua, publikasi tersebar.  Menurutnya hal ini karena sebagian besar para ahli Botani terus  bekerja secara independen satu sama  lain.

Untuk mengatasi ketidakpastian jumlah  tumbuhan yang diketahui secara ilmu pengetahuan di Pulau Papua, berkisar  antara 9.000 - 25.000 spesies, 99 ahli  Botani memverifikasi  23.000 nama  spesies tumbuhan lebih  dari  704.000  spesimen  dalam upaya kolaborasi  besar.

"Kami  menemukan bahwa Pulau Papua  memiliki hampir  tiga  kali  lipat  dari jumlah spesies tumbuhan berpuluh di  Pulau Jawa  (4.598  spesies) dan 1,4 kali  jumlah spesies tumbuhan berpembuluh dari Filipina (9.432 spesies). Ini merupakan dua wilayah di  Asia Tenggara yang telah mempublikasikan flora-nya," jelas Charlie. 

Dari jumlah tersebut, Anggrek  menyumbang 20 persen dari flora di Papua New Guinea dan 17 persen dari wilayah Indonesia, sebanding dengan  negara-negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi  seperti Ecuador (20 persen) dan Colombia (15 persen) dan spesies pohon menyumbang 29 persen dari semua flora. Sebagai perbandingan, Amazon memiliki 2,6 kali lebih banyak spesies pohon, tetapi luas daerahnya 6,4 kali lebih  besar.

Sejak tahun 1970, sebanyak 2.812  spesies baru dipublikasi dari Pulau  Papua dan para penulis memperkirakan bahwa dalam 50  tahun, akan mencapai  4.000 spesies akan ditambahkan ke dalam daftar ini. Hasil penelitian ini diterbitkan pada jurnal Nature pada Rabu (5/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement