REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para astronom baru saja menemukan asteroid dengan panjang sekitar 20 meter yang telah melewati Bumi. Objek berbahaya itu disebut-sebut hampir mengancam Bumi lantaran jarak lintasannya yang dekat. Astronom mengungkapkan bahwa orbit asteroid tersebut dua kali jarak Bumi-bulan.
Seperti mengutip laman BGR, Rabu (29/7) asteroid yang dilabeli 2020 OO1 ditemukan oleh astronom dari universitas Hawaii. Mereka menggunakan teleskop Pan-STARRS1 Universitas tersebut.
Teleskop yang digunakan itu memang kerap dipakai untuk melihat benda-benda angkasa saat mereka mendekati Bumi. Sementara asteroid itu tidak terbukti menjadi ancaman saat ini, tetapi hal itu bisa berubah di masa depan.
Para peneliti yang melihat asteroid kemudian membuat animasi singkat tentang lintasan benda angkasa tersebut. Jeda lintasan dua kali rentang bumi-bulan membuat asteroid itu masih dalam jarak aman.
Asteroid itu tidak dikategorikan sebagai benda yang mampu membumihanguskan kehidupan di planet. Kendati jika benda angkasa itu tak jatuh di daerah berpenduduk maka tetap akan menjadi sebuah bencana karena dapat menyebabkan kerusakan tertentu.
Contoh dari jenis kerusakan yang bisa dilakukan oleh batu seperti ini adalah meteor Chelyabinsk yang meledak di Rusia pada tahun 2013. Batuan itu memasuki atmosfer Bumi dan kemudian meledak karena tekanan dan gesekan yang dihadapinya.
Panjangnya asteroid itu diperkirakan sekitar 21 meter yang ukurannya hampir persis sama dengan batuan ruang angkasa yang ditemukan oleh para peneliti di Hawaii. Tidak ada yang terbunuh oleh ledakan itu, tetapi hampir 1.500 orang terluka, dan gelombang kejut ledakan itu menyebabkan kerusakan besar pada bangunan.
Jendela hancur dan bahkan beberapa atap runtuh saat ledakan mencapai tanah. Lebih dari 7.000 bangunan mengalami kerusakan akibat peristiwa tersebut.
Sementara, asteroid 2020 OO1 diperkirakan akan kembali mendekati bumi pada 2087 mendatang. Para ilmuwan mengungkapkan bahwa asteroid tersebut berpeluang kecil menabrak bumi saat melintas di masa depan.
Para ilmuwan memprediksi hal itu dengan menghitung berdasarkan lintasan objek benda angkasa tersebut. Namun, perkiraan itu bisa berubah secara dramatis, jadi tidak ada alasan untuk mengkhawatirkannya sekarang.