REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China meluncurkan misi pertamanya ke Mars pada hari ini, Kamis (23/7). Misi yang dinamakan Tianwen-1 itu merupakan satu dari tiga misi menuju Mars yang diluncurkan berbagai negara tahun ini.
Tianwen-1 adalah misi antar planet kedua China, tapi merupakan misi pertama yang diluncurkan secara mandiri. Sebelumnya, ada misi Phobos-Grunt yang berkolaborasi dengan Rusia tapi gagal meninggalkan orbit bumi setelah diluncurkan pada 2011.
Jika diterjemahkan, Tianwen-1 berarti "pertanyaan ke surga". Misi ini akan membawa satu pengorbit, pendarat, dan kendaraan penjelajah.
Menurut Laura Forczyk, konsultan luar angkasa, Tianwen-1 adalah misi yang ambisius. Sebab terdapat empat tahapan yang harus dilalui, mulai dari peluncuran, masuk ke orbit, pendaratan, hingga penjelajahan. Setiap langkah harus dilakukan dengan tepat, terlebih mendarat di permukaan Mars terkenal sulit.
"Tidak ada misi planet yang pernah dilaksanakan dengan cara ini. Jika berhasil, itu akan menandakan terobosan teknis besar," tulis ilmuwan yang terlibat misi Tianwen -1 di artikel Nature Astronomy yang dilansir NewScientist, Selasa (22/7).
Tianwen-1 diperkirakan akan tiba di Mars pada Februari 2021. Sedangkan pendarat dan kendaraan penjelajah akan mendarat dua atau tiga bulan sesudahnya. Alat-alat itu akan mengambil gambar dari permukaan, mengukur komposisi tanah, mengamati medan magnet, dan melakukan pengamatan radar terhadap struktur bawah tanah Mars.
Tianwen-1 tak akan sendirian di orbit Mars. Uni Emirat Arab juga telah meluncurkan misi pertamanya ke Mars pada pekan lalu, dan NASA Perseverance rover akan meluncur pula pada akhir bulan ini.
Semua misi ini diluncurkan dalam waktu berdekatan karena Mars sedang berada pada titik paling dekat dengan Bumi saat ini. Sebuah peristiwa yang terjadi setiap dua tahun sekali. Mereka akan tiba di Mars pada waktu yang sama dan akan memberikan banyak informasi baru tentang Planet Merah itu.
“Semakin kita mempelajari seperti apa Mars sebenarnya dan bagaimana kita dapat beroperasi di sana secara robot, maka pelajaran-pelajaran itu dapat diterapkan pada misi manusia di masa depan,” kata Forczyk.