Rabu 22 Jul 2020 05:48 WIB

Beruang Kutub Terancam Punah pada 2100

Perubahan iklim dapat membuat beruang kutub kehilangan rantai makanan.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Beruang kutub
Foto: bestpictureblog.com
Beruang kutub

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beruang kutub terancam pubah pada tahun 2100. Penyebab kepunahan ini adalah perubahan iklim.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat membuat beruang kutub kehilangan rantai makanan, hingga akhirnya kelaparan dan menuju kepunahan. Perubahan iklim memaksa beruang kutub berpuasa lebih lama. Mereka kini menunggu agar es membeku agar bisa kembali berburu.

Baca Juga

Di beberapa area, hewan karnivora itu terperangkap dalam spiral ke bawah yang ganas. Ini adalah waktu di mana penyusutan es di laut terjadi, yang seharusnya digunakan oleh beruang kutub untuk berburu anjing laut.

Bahkan, para ilmuwan menyebut bahwa bobot tubuh beruang kutub dapat menyusut,  merongrong peluang mereka selamat dari musim dingin di Kutub Utara tanpa makanan. Hewan ini  menghadapi masa puasa yang lebih lama sebelum es kembali dan mereka dapat kembali untuk mencari makan.

Pada saat ini, penelitian menyimpulkan, beruang kutub di 12 dari 13 subpopulasi yang dianalisis akan punah dalam waktu 80 tahun mendatang oleh kecepatan perubahan Arktik. Bagian utara Bumi ini diperkirakan memanas dua kali lebih cepat dari planet secara keseluruhan.

"Pada 2100, kelahiran baru beruang kutub, akan sangat dikompromikan atau tidak mungkin terjadi di mana-mana kecuali mungkin dalam subpopulasi pulau milik Ratu Inggris Elizabeth di Kepulauan Arktik Kanada,” ujar Steven Amstrup, peneliti studi, sekaligus kepala ilmuwan Polar Bears International, dilansir SBS, Selasa (21/7).

Skenario itu memperkirakan suhu permukaan rata-rata di Bumi naik hingga 3,3 derajat celcius di atas tolok ukur pra-industri. Satu derajat pemanasan sejauh ini telah memicu gelombang panas, kekeringan, dan badai super yang lebih destruktif dengan naiknya permukaan laut.

Bahkan, jika manusia mampu menghentikan pemanasan global pada suhu 2,4 derajat celcius atau sekitar setengah derajat di atas target yaing diatur dalam Perjanjian Paris, kesepakatan internasional tentang lingkungan dan sangat ambisius, hasilnya dapat sama saja. Ini dikatakan mungkin hanya akan menunda kepunahan beruang kutub.

Amstrup mengatakan bahwa itu masih jauh di atas apa pun yang dihadapi beruang kutub selama satu juta tahun sejarah evolusi. Ancamannya bukanlah kenaikan suhu saja,  tetapi ketidakmampuan predator rantai makanan teratas untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dengan cepat.

"Jika entah bagaimana, secara ajaib, es laut dapat dipertahankan bahkan ketika suhu meningkat, beruang kutub mungkin baik-baik saja. Masalahnya adalah habitat mereka benar-benar mencair,” jelas Amstrup.

Setengah dari fauna darat di Bumi diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah. Namun, hanya beruang kutub yang sangat terancam punah akibat perubahan iklim.

Tetapi status itu mungkin tidak unik untuk waktu yang lama dan harus dilihat sebagai pertanda bagaimana iklim akan berdampak pada hewan lain dalam beberapa dekade mendatang. Ada sekitar 25.000 beruang kutub atau Urus maritimus yang tersisa di alam liar saat ini.

Tantangan untuk bertahan hidup beruang hidup telah lama dipelajari. Namun, studi baru membangun karya perintis oleh Amstrup adalah yang pertama untuk menetapkan batas waktu pada kemungkinan kematian mereka.

Salah satunya adalah periode puasa yang meluas, yang bervariasi di seluruh wilayah dan dapat berlangsung selama setengah tahun atau lebih. Kemudian, lainnya adalah sepasang proyeksi perubahan iklim yang melacak penurunan es laut hingga akhir abad ini, berdasarkan skenario dari panel penasehat iklim PBB, yaitu IPCC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement