REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lubang hitam supermasif dikelilingi oleh corona, wilayah partikel berenergi tinggi yang terperangkap dalam medan magnet. Perubahan pada corona biasanya terjadi dalam waktu ratusan juta hingga jutaan tahun.
Namun, saat ini para astronom mengamati lubang hitam corona (black hole corona) menjadi 10.000 kali lebih redup, hanya dalam 40 hari. Pemimpin penelitian, Claudio Ricci yang juga menjadi asisten profesor di Diego Portales University di Santiago, Chilli mengatakan biasanya variasi esperti ini tidak pernah terlihat.
“Pada awalnya kami berpikir mungkin ada sesuatu yang salah dengan data itu. Ketika kami melihat itu nyata, itu sangat menarik. Tetapi kami juga tidak tahu apa yang kami hadapi karena tidak ada orang yang kami ajak bicara pernah melihat hal seperti ini,” ujar Ricci, dilansir IFL Science Jumat (17/7).
Fenomena luar biasa ini dilaporkan dalam The Astrophysical Journal Letters. Survei Otomatis All-Sky untuk Super-Nova melihat peningkatan kecerahan di sekitar lubang hitam, yang mendorong para peneliti untuk mengawasi objek tersebut.
Setelah 160 hari, lubang hitam itu tiba-tiba dan secara dramatis meredup. Peningkatan kecerahan terjadi pada Desember 2017, kemudian pada antara Juni dan Agustus 2018, corona itu hilang. Selama satu tahun, para peneliti terus mengikuti variasi dramatis objek, menjadi 100 kali lebih atau kurang cerah hanya dalam 8 jam.
Terlepas dari perubahan tersebut, seiring waktu, corona terbentuk lagi, kembali normal dan menjadi lebih cerah. Erin Kara, asisten profesor fisika di MIT yang juga menjadi penulis bersama penelitian mengatakan ini tampaknya menjadi pertama kalinya corona menghilang, namun kemudian juga kembali sendiri.
“Kami menyaksikan ini secara nyata. Ini akan sangat penting untuk memahami bagaimana black hole corona dipanaskan dan diberdayakan sejak awal,” jelas Kara.
Penyebab peristiwa yang belum pernah terlihat ini diyakini sebagai bintang. Para peneliti berpikir kemungkinan bintang bergerak terlalu dekat ke lubang hitam dan gravitasi lubang hitam itu merobeknya menjadi plasma. Fenomena seperti itu dikenal sebagai peristiwa gangguan pasut.
Plasma yang panas dan bermuatan listrik mengganggu medan magnet di sekitar lubang hitam dan menyebabkan corona, serta material lain di sekitar lubang hitam jatuh ke objek raksasa. Jika gambar ini benar, itu berarti corona dihasilkan dekat dengan lubang hitam di sekitar setengah jarak Bumi dari Matahari.
Tim astronom terus memantau galaksi, mika terjadi peristiwa luar biasa lainnya. Mereka sangat tertarik untuk melihat apakah corona akan menghilang ketika peristiwa gangguan pasang surut lainnya terjadi di sekitar lubang hitam lain.
"Kami ingin mengawasi. Itu masih dalam kondisi fluks tinggi yang tidak biasa ini dan mungkin itu akan terjadi sesuatu lainnya, jadi kami tidak ingin ketinggalan itu,” kata Kara menambahkan.