Jumat 17 Jul 2020 14:10 WIB

Koleksi Kebun Raya di Indonesia Terancam Punah

LIPI mengelola 5 kebun raya Indonesa

TAMAN KAKTUS CIBODAS. Pengunjung mengamati koleksi tanaman kaktus di taman kaktus Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat, Sabtu, (3/9).
Foto:

Di balik masifnya koleksi tanaman di kebun raya dan banyaknya potensi pengembangan di dalamnya, ada ancaman kepunahan yang mengintai. Di sisi lain, penelitian-penelitian terkait kelangkaan tumbuhan yang seharusnya bisa dilakukan, ikut terhalang imbas pandemi COVID-19.

Dari 104.761 spesimen total koleksi kebun raya Indonesia, 152 diantaranya adalah jenis-jenis tumbuhan yang masuk dalam kategori threatened atau terancam. Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Hendrian, dalam telekonferensi bersama media, Kamis (16/07) mengatakan data terakhir mencatat ada sebanyak 689 jenis tanaman yang terancam di seluruh Indonesia. Ini artinya, LIPI baru bisa mengkonservasi sebanyak 22,06 persen.

“Semakin banyaknya threatened spesies itu juga bisa kita nilai sebagai sebuah bencana nasional karena kita kehilangan kekayaan Indonesia berupa jenis-jenis tumbuhan,” papar Hendrian.

Ada banyak faktor mengapa ratusan tumbuhan tersebut terancam punah. Sebagian besar kasus menurut Hendrian berkaitan dengan pemanfaatan yang berlebihan. Misalnya, jenis tumbuhan terancam yang menghasilkan kayu (memiliki nilai komersial). Sementara, beberapa kasus lain disebabkan oleh kerusakan habitat alaminya.

Meskipun di kebun raya sudah ada beberapa jenis tumbuhan terancam yang berhasil dikonservasi dan diperbanyak secara ex-situ, untuk mengembalikan tumbuhan tersebut ke habitat aslinya jadi persoalan baru karena membutuhkan waktu yang lama, kata Hendrian. 

“Sebetulnya tahap akhir yang ingin kita capai adalah me-recovery kondisi mereka di habitat alami dan itu tidak bisa ditempuh dalam waktu pendek karena nanti salah satu indikatornya adalah setelah kita kembalikan ke alam apakah populasinya bisa dalam kondisi yang aman dan tidak terancam kembali,” ucap dia.

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement