REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Antariksa AS (NASA) melanjutkan perjalanan luar angkasa manusia dengan peluncuran roket SpaceX. Peluncuran dilakukan Sabtu (30/5) di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida AS.
Peluncuran ini dilakukan dalam misi Demo-2. Misi Demo-2 ini menjadikan SpaceX sebagai perusahaan dirgantara swasta pertama yang mengirimkan astronaut ke orbit Bumi. SpaceX merupakan perusahaan milik Elon Musk, yang juga pendiri Tesla Inc.
Dua astronot NASA dikirim ke stasiun ruang angkasa internasional ( ISS) menggunakan kapsul Crew Dragon yang menempel pada roket Falcon 9 milik SpaceX. Dua astronot yang dikirim NASA ke luar angkasa kali ini adalah astronot veteran bernama Robert Behnken (49) dan Douglas Hurley (53).
Kapsul Crew Dragon berbentuk gumpalan berdiameter sekitar 13 kaki dan dilengkapi dengan tujuh kursi dan kontrol layar sentuh. Setelah roket menembakkan Dragon Crew ke atmosfer atas, pesawat ruang angkasa akan berpisah dan meluncurkan pendorongnya sendiri untuk bermanuver menuju stasiun ruang angkasa. Para astronot akan menghabiskan sekitar 19 jam di pesawat ruang angkasa sebelum tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Soal keamanannya, baik SpaceX dan NASA harus menandatangani pada pengembangan Crew Dragon sepanjang setiap tonggak pengujian utama. Setiap kali pesawat ruang angkasa meninggalkan Bumi memang ada risiko, dan tidak ada pengukuran sempurna untuk memprediksi mereka.
Namun, SpaceX diperlukan untuk memastikan bahwa Crew Dragon hanya memiliki peluang 1 dari 270 kegagalan katastropik, berdasarkan pada satu metrik yang digunakan badan antariksa itu. Crew Dragon juga dilengkapi dengan sistem aborsi darurat unik yang dirancang untuk membuang astronot ke tempat yang aman jika terjadi kesalahan.
Pejabat tinggi NASA Jim Bridenstine berharap peluncuran ini akan menginspirasi kekaguman dan menggembirakan pikiran masyarakat umum selama krisis kesehatan saat ini. Amerika Serikat belum meluncurkan astronotnya sendiri ke ruang angkasa sejak program Space Shuttle berakhir pada 2011.