Sabtu 09 May 2020 09:38 WIB

Foto Jupiter Tampak Seperti Bola Api di Gambar Inframerah

Foto diambil dari tiga data teleskop yang berbeda.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto Jupiter tampak seperti bola api yang diambil dari tiga data yang berbeda.
Foto: Gemini Observatory/NOIRLab/NSF/AURA, M.H. Won
Foto Jupiter tampak seperti bola api yang diambil dari tiga data yang berbeda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Gambar inframerah Jupiter dikombinasikan dengan data pengamatan lainnya mengungkapkan adanya badai gas raksasa dan fitur aneh yang terlihat di Great Red Spot planet tersebut. Di gambar tersebut, Jupiter tampak seperti bola api.

Penelitian baru  diterbitkan dalam Astrophysical Journal yang menganalisis data Jupiter selama tiga tahun yang dikumpulkan oleh tiga sumber yang berbeda. Data diperoleh dari Teleskop Utara Gemini di Maunakea Hawaii, Teleskop Antariksa Hubble dan wahana antariksa Juno milik NASA yang saat ini mengorbit di sekitar gas raksasa.

Baca Juga

Sebuah pencapaian puncak dari studi baru ini, yang dipimpin oleh astronom Michael Wong dari UC Berkeley adalah gambar Jupiter yang sangat terperinci dalam inframerah. Seperti yang dilansir dari Gizmodo, Sabtu (9/5), teknik yang disebut lucky imaging digunakan untuk membangun tampilan mosaik ini.

Setelah mengambil ratusan gambar eksposur pendek dari area target, para astronom menyimpan gambar yang diambil selama masa stabilitas atmosfer. Hanya gambar terbaik yang digunakan untuk membuat mosaik di seluruh planet, menghasilan pandangan Jupiter yang sangat tajam dan definisi tinggi, seperti yang terlihat dari permukaan bumi.

“Gambar-gambar ini menyaingi pemandangan dari luar angkasa,” kata Wong dalam siaran pers.

Gemini memvisualisasikan Jupiter dengan resolusi mencapai 500 kilometer (300 mil), di sebuah planet berukuran lebar  139.820 kilometer (86.880 mil) dan jarak rata-rata 778 juta kilometer Bumi (484 juta mil). Bagian dalam Jupiter yang bergolak menghasilkan panas yang merembes ke atmosfer atasnya, yang dapat dideteksi oleh teleskop Gemini menggunakan Near-Infrared Imagernya.

Tetapi lapisan awan Jupiter tidak rata tebalnya. Dengan tambahan data Hubble, para peneliti memperoleh pandangan multi panjang gelombang Jupiter baik inframerah dan ultraviolet. Juno memberi mereka kekuatan untuk mendeteksi emisi radio Jupiter.

Ini memungkinkan tim mempelajari efek atmosfer, seperti pola angin, gelombang atmosfer dan badai siklon yang terakhir dapat bertahan selama bertahun-tahun dan bahkan berabad-abad. Juno merekam sinyal radio sesekali yang disebabkan oleh kilatan petir di atmosfer Jovian. Jovian adalah Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Julukan lainnya adalah planet gas raksasa atau planet keluarga Jupiter.

Para peneliti berhasil menentukan lokasi dari kilatan petir dan mencocokkannya dengan pengamatan bersamaan yang dilakukan Gemini dan Hubble. Hal ini menyebabkan penemuan pencahayaan dan badai besar yang menghasilkan bentuk di sekitar sel konvektif raksasa. Bentuknya menjulang di atas awan yang lebih dalam terdiri dari air dan cairan lainnya.

Pengamatan ini juga membantu memecahkan misteri tentang bentuk-bentuk tertentu di dalam Great Red Spot Jupiter. Ternyata noda-noda ini bukan area berwarna aneh di dalam pusaran yang berputar-putar, melainkan lubang di tutupan awan, seperti diungkapkan oleh pemandangan inframerah beresolusi tinggi milik Gemini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement