REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Harry Sufehmi menjelaskan cara simpel bagi masyarakat untuk mengenali hoaks di tengah masifnya peredaran informasi mengenai Covid-19. Langkah pertamanya ialah menelusuri sumber kontennya.
"Jadi maksudnya, kalau kita dapat berita, kita cek sumbernya dari mana. Kalau cuma forward-an Whatsapp yang nggak jelas sumbernya sama sekali, supaya aman ya kita anggap hoaks saja sampai terbukti sebaliknya," ujarnya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Sabtu.
Terkait dengan konten atau isi berita, menurut Harry, masyarakat sebaiknya mengecek apakah konten tersebut ada yang aneh atau tidak. Ia menyebut, keanehan bisa tercermin dari berita yang ketika dibaca isinya langsung membangkitkan emosi, marah, gusar, atau bahkan ketakutan, serta mungkin berlawanan dengan yang selama ini beredar di media massa.
Harry mengatakan, di tengah pandemi saat ini terjadi juga fenomena infodemik. Istilah itu mengacu pada banyaknya informasi yang keliru sehubungan dengan topik Covid-19.
Harry menuturkan, saat ini istilah infodemik kini sudah mengglobal. Ia mengatakan, hal itu turut memperburuk situasi dan tidak menolong sama sekali.
"Akibat infodemik ini bisa cukup fatal, sampai menyebabkan korban nyawa," ungkap Harry.
Salah satu hoaks yang membahayakan nyawa, menurut Harry, berkisar mengenai obat corona. Ia mengatakan, orang menjadi lengah karena disebut nggak papa kalau kena Covid-19.
"Tinggal kasih bawang putih, padahal sebetulnya hoaks," katanya.
Harry juga mengajak masyarakat mewaspadai berbagai narasi hoaks yang menghasut tapi hoaks. Ia mengatakan, itu telah menyebabkan kepanikan di tengah masyarakat yang sudah cukup susah karena wabah ini.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, hingga Jumat (17/4) malam terdapat 556 berita hoaks. Mafindo melalui pemeriksa faktanya secara spesifik mencatat misinformasi dan disinformasi seputar Covid-19 sebanyak 301 berita hoaks hingga pukul 22.00 WIB pada Jumat (17/4).