Jumat 21 Feb 2020 14:27 WIB

Astronom Temukan Eksoplanet dengan Orbit Terpendek

Eksoplanet berukuran seperti Jupiter hanya berotasi penuh dalam 18 jam.

Rep: zainur mahsir ramadhan / Red: Dwi Murdaningsih
Eksoplanet. ilustrasi
Foto: reuters
Eksoplanet. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Baru-baru ini para astronom dari University of Warwick telah menemukan planet di luar tata surya, yang disebut NGTS-10b. Namun, planet itu digadang-gadang memiliki periode orbit terpendek dibandingkan dengan planet ekstrasurya lainnya.

Planet yang hanya berotasi penuh dalam 18 jam itu, terletak di sistem bintang sekitar 100 tahun cahaya dari Bumi. Meski demikian, planet itu memiliki ukuran sekitar 20 persen lebih besar dari planet Jupiter.

Baca Juga

“Kami senang mengumumkan penemuan NGTS-10b, planet berukuran Jupiter yang sangat pendek yang mengorbit bintang yang tidak jauh berbeda dari Matahari,” ujar penulis utama dalam penelitian itu, Dr James McCormac seperti dilansir dari iflscience, Jumat (21/2).

Bintang itu memiliki jari-jari sekitar 70 persen dari pada milik Matahari. Akan tetapi, memiliki suhi sekitar 1.000° C lebih dingin.

Meski memiliki banyak keunikan, planet itu memiliki orbit yang sangat dekat dengan bintang lainnya. Alhasil, planet tersebut berpotensi akan hancur ke depannya.

Hingga kini, penemuan itu sudah dilaporkan ke pemberitahuan bulanan Royal Astronomical Society. “Kami juga senang bahwa NGTS terus mendorong batas-batas dalam ilmu eksoplanet transit berbasis darat, melalui penemuan kelas eksoplanet yang langka,” tambah McCormac.

 

McCormac menambahkan, meski secara teori, Jupiter memiliki tingkat panas dan periode orbit yang pendek (kurang dari 24 jam). Namun, planet itu cenderung mudah diteliti karena ukurannya yang besar dan terbukti sangat langka.

“Dari ratusan Jupiters panas saat ini diketahui hanya ada tujuh yang memiliki periode orbit kurang dari satu hari," ungkap dia.

Rekan penulis dalam penelitian itu, Dr Daniel Bayliss mengatakan, model terbaik yang didapatkan, planet itu berusia sekitar 10 miliar tahun, layaknya bintang serupa lainnya. Namun, pihaknya tak mengetahui apakah planet itu sudah mencapai batas kehidupannya, ataukah dimungkinkan masih bisa hidup lebih lama.

“Semua yang kita ketahui tentang pembentukan planet memberi tahu kita bahwa planet dan bintang terbentuk pada saat yang bersamaan,” kata Dr Daniel Bayliss.

Karenanya, pihak dia masih akan meneliti fenomena tersebut. Jika hasil periode orbital sudah mulai berkurang dan planet semakin berputar, maka struktur planet akan ditemukan lebih banyak lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement