Jumat 14 Feb 2020 10:38 WIB

Perangkat Apple tak Selamanya Lolos dari Malware

Selama ini produk Apple dianggap aman dari ancaman malware.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Selama ini produk Apple dianggap aman dari ancaman malware (Foto: ilustrasi malware)
Foto: Foxnews
Selama ini produk Apple dianggap aman dari ancaman malware (Foto: ilustrasi malware)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini produk Apple dianggap aman dari ancaman malware, tidak seperti mesin Windows. Laporan State of Malware terbaru dari perusahaan perangkat lunak keamanan siber Malwarebyte justru menunjukkan hasil sebaliknya.

Laporan yang dikeluarkan oleh Malwarebyte menunjukkan bahwa jumlah malware yang berada pada Mac telah melampaui PC untuk pertama kalinya. Rasa terlalu puas akan produk bisa menjadi musuh terbesar bagi pengguna Apple.

Baca Juga

"Orang-orang perlu memahami bahwa mereka tidak aman hanya karena mereka menggunakan Mac," ungkap direktur untuk Mac dan mobile dari Malwarebytes Thomas Reed, seperti dilansir Recode, Jumat (14/2).

Saat ini, mesin Windows masih mendominasi pasar dan cenderung memiliki kerentan keamanan. Ini membuat mesin Windows menjadi target yang mudah dan besar bagi para peretas selama bertahun-tahun.

Namun, popularitas komputer Apple atau Mac juga saat ini juga meningkat. Peretas tampaknya mulai lebih memfokuskan perhatian mereka kepada beragam versi sistem operasi komputer Apple atau macOS.

Laporan terbaru ini menunjukkan adanya peningkatan ancaman terhadap perangkat Mac sebesar 400 persen dari 2018 ke 2019. Malwarebytes menemukan rata-rata 11 ancaman pada tiap satu perangkat Mac. Bila dibandingkan, Windows hanya memiliki rata-rata 5,8 ancaman per perangkat.

"Ada peningkatan gelombang ancaman Mac yang mengenai populasi yang masih meyakini bahwa Mac tak akan terkena virus," terang Reed.

photo
Ponsel iPhone / Ilustrasi

Orang-orang yang beranggapan seperti ini umumnya tidak melihat penggunaan perangkat lunak keamanan sebagai sebuah kebutuhan. Mereka bahkan melihat perangkat lunak keamanan sebagai sesuatu yang dapat membahayakan. Bila bertemu orang-orang seperti ini, Reed mengaku masih cukup sering berdiskusi dengan orang-orang tersebut untuk meluruskan anggapan keliru mereka.

"Anggapan seperti ini membuat macOS menjadi lahan subur bagi masuknya ancaman-ancaman baru, padahal sudah menjadi pengetahuan umum bahwa PC Windows membutuhkan perangkat lunak keamanan," tutur Reed.

Reed menambahkan tiap sistem operasi memiliki tipe ancaman malware yang berbeda. Perangkat Windows cenderung lebih rentan terhadap malware tradisional. Sedangkan 10 ancaman malware pada Mac terbanyak adalah adware dan sesuatu yang dikenal sebagai "program yang mungkin tidak diinginkan".

Adware umumnya akan mengarahkan pengguna ke situs yang memiliki beragam iklan. Adware juga bisa memunculkan beragam pop up iklan pada situs internet yang ingin diakses pengguna.

Hal seperti ini mungkin tidak tampak berbahaya. Akan tetapi kemunculan iklan yang berlebih seperti ini dapat memberikan gangguan dan rasa tidak nyaman saat berselancar di internet. Di samping itu, perlu diingat pula bahwa sebagian adware memiliki kemampuan untuk menyusuri aktivitas pengguna di komputer dan memicu terjadinya masalah privasi.

Adware atau program yang mungkin tak diinginkan seperti ini biasanya terunduh ketika seseorang mengunduh perangkat lunak lain yang mereka memang inginkan. Program ini biasanya akan tampil sebagai program pengoptimal sistem.

Berdasarkan temuan ini, Reed berharap agar pengguna Mac menyadari bahwa perangkat lunak keamanan tetap dibutuhkan untuk Mac. Bila kesadaran ini meningkat, bukan tidak mungkin akan turut menurunkan angka rata-rata ancaman yang ditujukan kepada perangkat Mac.

"(Pengguna Mac) perlu melatih perhatian mereka mengenai apa yang mereka klik, aplikasi apa yang mereka unduh, dan dari mana, dan siapa yang mereka izinkan untuk mengakses komputer mereka," pungkas Reed.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement