Rabu 05 Feb 2020 11:06 WIB

Ilmuwan Jelaskan Terjadinya Angin di Pluto

Angin di Pluto disebabkan oleh penguapan dan pembentukan es.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Fitur berbentuk hati di Pluto yang dikenal sebagai Tombaugh Regio.
Foto: nasa via cnn
Fitur berbentuk hati di Pluto yang dikenal sebagai Tombaugh Regio.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Selama melewati Pluto pada 2015, misi New Horizons dari NASA menangkap gambar ikonik, yaitu sebuah fitur berbentuk hati (jantung) di planet tersebut. Sebuah penelitian terbaru mengenai ‘frozen heart’ di Pluto kemudian mengungkapkan bahwa ada ‘heartbeat’ yang mengendalikan angin di planet itu.

Fitur berbentuk hati ini dikenal sebagai Tombaugh Regio, dinamai untuk menghormati astronom Clybe Tombaugh, yang menemukan Pluto pada 1930.

Baca Juga

Astrofisikawan dan ilmuwan planet di Pusat Penelitian Ames NASA dan penulis utama studi baru itu menyebut sebagian besar kandungan es nitrogen di planet kecil ini dapat ditemukan di area tersebut. Es nitrogen terkonsentrasi di cekungan yang dalam yang disebut Sputnik Planitia karena ketinggiannya 1,9 mil lebih rendah dari permukaan.

Lapisan es membentang 620 mil. Cekungan membentuk bagian kiri hati, sedangkan sisi kanan adalah rumah bagi gletser nitrogen dan dataran tinggi. Sebelum ada temuan dari misi New Horizons, semua orang mengira Pluto akan menjadi bola jaring, benar-benar datar, dan hampir tidak ada keanekaragaman.

“Tapi itu sama sekali berbeda. Ada banyak pemandangan berbeda dan kami berusaha memahami apa yang terjadi di sana,” ujar Bertrand, dilansir CNN, Rabu (5/2).

Di Pluto, atmosfer sekitar 100 ribu kali lebih tipis dari yang ada di Bumi. Atmosfer Pluto terdiri dari nitrogen, karbon monoksida, dan metana. Pada siang hari, jantung nitrogen beku Pluto menghangat cukup untuk menjadi uap, kemudian di malam hari berubah menjadi es kembali. Para peneliti menyebut ini sebagai heartbeat atau detak jantung Pluto, yang mengendalikan sirkulasi atmosfer angin nitrogen di sekitar planet ini.

"Ini menyoroti fakta bahwa atmosfer dan angin Pluto - bahkan jika kepadatan atmosfer sangat rendah dan dapat berdampak pada permukaan," ucap Bertrand.

Para peneliti menemukan bahwa angin nitrogen bergerak berlawanan arah dengan rotasi planet. Angin nitrogen memindahkan panas, butiran es, dan partikel lain ke permukaan, seperti sikat yang meninggalkan garis-garis gelap di seluruh wilayah utara dan barat laut Pluto.

Dengan menggunakan data yang dikumpulkan oleh New Horizons pada saat bereda di titik terdekat dnegan Pluto, para peneliti dapat memodelkan angin nitrogen dan ramalan cuaca untuk melihat bagaimana hal itu dapat mempengaruhi es dan lanskap. Mereka menemukan bahwa angin barat Pluto disebabkan oleh penguapan es nitrogen ke utara dan pembentukan es di selatan.

Para peneliti mengatakan ini adalah atmosfer unik di antara planet-planet di tata surya. Angin barat terjadi sekitar 2,5 mil di atas permukaan. Tetapi lebih dekat, udara bergerak cepat, menciptakan pola angin di sekitar perbatasan barat dari cekungan es.

Tebing cekungan membantu menjebak udara dingin, di mana menguat sebelum melewati wilayah itu.Pola cuaca regional ini bisa memberikan pemahaman yang lebih besar tentang garis-garis gelap dan dataran di sebelah barat cekungan. Para peneliti meyakini bahwa jika angin bergerak ke arah yang berbeda, Pluto mungkin terlihat tidak dapat dikenali.

"Sputnik Planitia mungkin sama pentingnya bagi iklim Pluto seperti halnya lautan bagi iklim Bumi. Jika menghapus Sputnik Planitia, jika menghilangkan jantung Pluto, tidak akan ada sirkulasi yang sama." jelas Bertrand.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement