Sabtu 25 Jan 2020 05:15 WIB

Ilmuwan Publikasikan Riset Pesawat Ruang Angkasa Rosetta

Rosetta sudah hancur tiga tahun lalu, setelah misi ambil data di komet 67P dilakukan.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
KOmet 67P.
Foto: universetoday
KOmet 67P.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengapa ada begitu sedikit nitrogen dalam Komet 67P / Churyumov-Gerasimenko (67P)? Ini menjadi pertanyaan para ilmuwan ketika melihat data dari pesawat ruang angkasa Rosetta ESA.

Faktanya, pertanyaan itu datang setiap kali pata ilmuwan mengukur gas dalam koma. Dilansir Universe Today, ketika Rosetta tiba di komet pada 2014, pesawat ini mengukur gas dan menemukan hanya ada sedikit nitrogen.

Baca Juga

Para peneliti dalam makalah baru yang diterbitkan di Nature Astronomy mengatakan sebenarnya nitrogen tersebut tidak benar-benar hilang. Namun, itu hanya tersembunyi di sejumlah blok bangunan kehidupan.

Rosetta diluncurkan pada 2004 dan dibutuhkan 10 tahun untuk mencapai targetnya, yaitu komet 67P. Ini menghabiskan waktu sektar dua tahun untuk mempelajari, sebelum mengakhiri misi dengan menabrak komet.

Pesawat luar angkasa ini juga mengirim pendarat Philae ke permukaan. Meski pendaratan yang sulit, gambar dari permukaan komet tetap berhasil didapatkan. Hingga saat ini, para ilmuwan masih bekerja melalui data.

“Meski operasi  Rosetta berakhir lebih dari tiga tahun lalu, ini masih memberi sejumlah pengetahuan terbaru dan tetap menjadi misi yang benar-benar inovatif,” ujar Matt Taylor,  Ilmuwan Proyek Rosetta ESA.

Komet sebagian besar terdiri dari dari bola es. Saat komet 67P mendektai matahari, bahan panas yang disublimasikan dari komet menjadi komanya, gumpalan gas, dan kabut yang mengelilingi komet.

Saat Rosetta menganalisis koma, diketahui jumlah bahan kimia yang terkandung seperti oksigen dan karbon, namun tidak ada nitrogen. Alasan di balik penipisan nitrogen tetap menjadi pertanyaan terbuka utama dalam sains.

Ketika dihadapkan dengan nitrogen yang hilang ini di masa lalu, para ilmuwan berpikir bahwa N2 (nitrogen molekul) terlalu mudah menguap untuk mengembun menjadi es komet ketika komet terbentuk. Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa ia mungkin telah hilang selama sekitar 4,6 miliar tahun masa hidup Tata Surya.

“Menggunakan pengamatan ROSINA terhadap Komet 67P, kami menemukan bahwa nitrogen yang 'hilang' ini sebenarnya bisa diikat dalam garam amonium yang sulit dideteksi di luar angkasa,” jelas Katjrin Altwegg dari University of Bern, Swiss yang merupakan peneliti utama untuk Rosetta Orbiter Spectrometer untuk instrumen Analisis Ion dan Netral (ROSINA) dan penulis utama dari studi baru.

Garam amonium dapat memainkan peran kunci dalam membangun blok kehidupan. Ini dianggap sebagai prekursor untuk kehidupan dan merupakan senyawa awal untuk molekul yang lebih kompleks seperti urea dan asam amino glisin.

Namun, garam amonium cenderung sulit dideteksi di ruang angkasa, karena mudah menguap dan tidak stabil seperti gas. Gagasan bahwa komet mengandung unsur-unsur pembangun kehidupan dan memainkan semacam peran dalam menyebarkannya ke seluruh Tata Surya adalah gagasan lama.

Pada awal-awal alam semesta, Bumi dibombardir oleh komet-komet yang membawa air dan blok-blok pembangun. Pada 2016, hal ini ditegaskan kembali saat Rosetta menemukan baik glisin dan fosfor dalam komet 67P.

“Menemukan garam amonium di komet sangat menarik dari perspektif astrobiologi. Penemuan ini menyoroti banyaknya yang dapat dipelajari dari benda-benda langit yang menarik ini,” jelas Altwegg.

Ada beberapa momen dramatis di balik penemuan untuk Altwegg dan para ilmuwan lainnya. Mereka menggunakan data dari pendekatan terdekat Rosetta ke komet, ketika itu hanya 1,9 km (1,18 mil) di atasnya, jauh di dalam komet yang berdebu dan berkabut itu sendiri.

"Karena lingkungan yang berdebu di komet, dan rotasi Bumi, kami tidak dapat dengan mudah berkomunikasi dengan Rosetta dan harus menunggu hingga pagi berikutnya tiba untuk berkomunikasi kembali,” ujar Altwegg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement