REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah mengembangkan cara baru untuk mendeteksi oksigen di atmosfer yang jauh dari planet ekstrasurya. Ini merupakan sebuah terobosan yang dapat membantu mencari tahu mengenai kemungkinan kehidupan selain di Bumi.
Oksigen, sesungguhnya ada secara alami di alam semesta. Namun, keberadaannya dalam jumlah besar masih jarang dijelaskan dalam beberapa teori ilmuwan dunia. Di Bumi, banyak oksigen dihasilkan oleh organisme hidup seperti tanaman, ganggang dan cyanobacteria. Tanaman ini mengubah sinar matahari menjadi energi melalui proses fotosintesis.
Para ilmuwan dalam perburuan planet-planet yang dapat dihuni, dan mencari tanda-tanda kehidupan di planet ekstrasurya dengan tingkat oksigen yang tinggi. Namun kenyatannya, mempelajari komposisi kimiawi atmosfer di planet yang jauh masih cukup sulit.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan pekan ini di Jurnal Nature Astronomy, para ilmuwan telah merinci teknik baru dalam menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA, untuk mendeteksi molekul oksigen yang jauh dari planet Bumi.
“Sebelum kami bekerja, planet yang memiliki oksigen yang sama seperti di Bumi, masih dianggap belum terdeteksi dengan Teleskop James Webb,” kata Ketua Penulis Studi tersebut, yang juga peneliti di Goddard Space Flight Center NASA, Thomas Fauchez, dalam sebuah rilis berita.
Untuk studi terbaru, para ilmuwan menghitung berapa banyak cahaya inframerah diserap oleh pertemuan antara molekul oksigen. Dengan mengukur absorpsi yang diinduksi oleh pertemuan dalam inframerah itu, para penulis studi baru ini mengklaim Teleskop James Webb akan dapat membantu para astronom memperkirakan kadar oksigen di atmosfer planet ekstrasurya jauh.
Lebih dari sekadar membantu para ilmuwan mendeteksi oksigen, teknik baru ini dapat membantu para peneliti menentukan nilai oksigen apakah bertahan lama atau sementara. Untuk menguji teori ini, para ilmuwan perlu mempelajari kadar oksigen di atmosfer sekitar planet ekstrasurya yang berpotensi dihuni.
“Oksigen adalah salah satu molekul yang paling menarik untuk dideteksi karena berkaitan dengan kehidupan, tetapi kita tidak tahu apakah hidup hanya dipengaruhi oksigen yang memang sudah ada di atmosfer,” kata astrobiolog UC Riverside, Edward Schwieterman.
Beberapa astronom berteori, eksoplanet dengan orbit intim di sekitar bintang induknya dapat menampung atmosfer yang dipenuhi uap air. Radiasi ultraviolet dapat memecah uap air menjadi oksigen dan hidrogen, dengan atom hidrogen lebih mungkin hilang ke ruang angkasa sehingga hanya meninggalkan konsentrasi oksigen.