REPUBLIKA.CO.ID, BARKELEY-- Kelompok teleskop Atacama Large Milimeter Submillimetre Array (ALMA) memberikan gambaran langka tentang awan amonia warna-warni yang berputar-putar ketika memfoto Jupiter. Gelombang radio memungkinkan seseorang untuk mengintip ke dalam kondisi atmosfer setelah salah satu badai Jupiter sekitar 50 kilometer (31 mil) di bawah awan amonia.
Tidak hanya gambar menakjubkan, data juga memberikan wawasan berharga tentang bagiamana sistem cuaca Jupiter berevolusi dan memberikan kesan mengganggu ikatan berwarna-warni di lapisan atas permukaan gas.
“ALMA memungkinkan kami membuat peta tiga dimensi distribusi gas amonia di bawah awan,” kata Imke de Pater dari University of California, Barkeley, seperti yang dilansir dari Science Alert, Sabtu (24/8).
Untuk pertama kalinya, ilmuwan dapat mempelajari atmosfer di bawah lapisan awan amonia setelah letusan aktif di Jupiter. Letusan aktif ini mirip dengan badai di Bumi dan sering kali melibatkan kilat yang terlihat seperti bulu-bulu kecil dan terang pada lapisan awan Jupiter.
Gambar gelombang radio yang diperoleh dari ALMA dan teleskop lain menunjukkan konsentrasi gas amonia yang tinggi dan pengamatan tersebut sesuai dengan satu hipotesis saat ini tentang bagaimana bulu putih terbentuk. Yakni dipicu oleh arus konveksi lembab di dasar awan air yang lebih dalam di atmosfer Jupiter.
Tampaknya letusan ini cukup untuk mendorong gas amonia naik di atas dek awan utama ke bagian terdingin atmosfer (tropopuse). Mereka menyebar seperti awan kumulonimbus yang sarat petir.
Ini menyebabkan bulu putih terlihat saat gas membeku. Para peneliti menindaklanjuti gambar-gambar ini setelah astronom amatir Australia Phil Miles memperhatikan bulu-bulu yang mengganggu di sabuk awan Jupiter yang terlihat.
Mereka mencocokkan gambar gelombang radio ALMA dengan foto yang diambil oleh teleskop Hubble dan gambar rentang inframerah menengah, semuanya dari periode waktu yang sama. Ini merupakan contoh yang bagus dari komunitas astronomi amatir dan para ilmuwan dari berbagai observatorium dan lembaga yang bekerja bersama menyatukan sesuatu yang sangat istimewa, yakni pemandangan indah lainnya di planet terbesar di Tata Surya.
“Jika bulu-bulu ini kuat dan terus memiliki peristiwa konvektif, mereka dapat menganggu salah satu dari seluruh ikatan ini dari waktu-waktu. Meskipun mungkin memakan waktu beberapa bulan,” kata de Pater.
“Dengan pengamatan ini, kita melihat satu gumpalan sedang dalam proses dan efek lanjutan dari yang lain,” ujarnya lagi.