REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Penelitian terbaru menemukan, awak astronot yang semuanya perempuan bisa bereproduksi di luar angkasa tanpa laki-laki. Studi ini menemukan bahwa sampel sperma beku yang terpapar dengan gaya berat mikro mampu mempertahankan karakteristik yang serupa dengan sampel sperma yang ada di darat.
Ini meningkatkan harapan bahwa suatu hari bank sperma dapat didirikan di ruang angkasa untuk membantu mengisi dunia baru. Penelitian bisa terbukti menarik bagi astronot perempuan, di tengah laporan bahwa misi masa depan ke Mars mungkin melibatkan awak khusus perempuan, seperti dilansir di The Guardian, Selasa (25/6).
Helen Sharman, astronot Inggris pertama, mengatakan pada sebuah konferensi pada tahun 2017 bahwa ada laporan NASA yang belum dirilis yang mengeksplorasi hasrat seksual anggota awak ruang angkasa selama misi potensial ke Mars.
Sharman mengatakan laporan itu merekomendasikan awak ruang angkasa dengan jenis kelamin yang sama. "Semua pria atau semua wanita, karena mereka memiliki kohesi tim yang lebih baik," ujar Sharman.
Temuan dari studi pendahuluan kecil, yang melibatkan sperma dari 10 donor sehat, menunjukkan bahwa kemungkinan menciptakan bank sperma manusia di luar Bumi ada, menurut para peneliti. Studi ini dipresentasikan pada Ahad (23/6) lalu, di pertemuan tahunan European Society of Human Reproduction and Embryology di Wina, Austria.
Montserrat Boada, dari Dexeus Women's Health di Barcelona, yang mempresentasikan penelitian bersama dengan rekan-rekannya, mengatakan beberapa studi menunjukkan penurunan yang signifikan dalam motilitas sampel sperma segar manusia. "Tetapi tidak ada yang dilaporkan tentang efek yang mungkin dari perbedaan gravitasi pada gamet manusia yang beku, di mana dalam keadaan itu mereka dapat diangkut dari Bumi ke luar angkasa," katanya.
Satu kelompok sampel sperma yang digunakan dalam penelitian telah terpapar dengan gaya berat mikro dengan bantuan pesawat aerobatik kecil. Sampel kemudian menjalani skrining kesuburan dan dianalisis untuk konsentrasi, motilitas dan fragmentasi DNA.
Tidak ada perbedaan signifikan yang terdeteksi antara sampel yang telah diberi tumpangan ke luar angkasa dan yang tinggal di bumi.
Para peneliti mengatakan bahwa pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami efek dari kondisi ruang, seperti tingkat gravitasi yang berbeda, dan bahwa sperma harus terkena kondisi seperti ruang untuk jangka waktu yang lebih lama.
"Pilihan terbaik kami adalah melakukan percobaan menggunakan pesawat luar angkasa nyata tetapi akses sangat terbatas," kata Boada.