REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bertandang ke Planet Mars, bahkan kemungkinan hidup di sana, telah menjadi tujuan sejumlah proyek ilmu pengetahuan. Topik ini juga kerap dijumpai di film-film fiktif tentang antariksa.
Sebaliknya, para ilmuwan di Mayo Clinic justru berharap bisa mencegah perjalanan semacam itu. Menurut mereka, pergi ke Planet Mars memicu percepatan proses penuaan mematikan yang dikenal sebagai penuaan sel.
Februari mendatang, tim akan memulai studi pertama tentang fenomena pada astronot. Para ilmuwan akan mengambil sampel darah dan urin dari empat anggota kru sipil pertama yang terbang ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Dari hasilnya, akan dilihat apakah ada tanda-tanda awal penuaan. ISS terletak di dalam gelembung magnet pelindung yang dikenal sebagai sabuk Van Allen, yang melindungi Bumi dari radiasi. Kru berada di sana selama 10 hari.
Mereka yang akan ke Mars tidak akan memiliki perlindungan seperti itu, terlebih perjalanan bisa mencapai waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Itu sebabnya periset kurang yakin tentang ekspedisi ke Mars.
Studi sebelumnya meneliti kondisi astronot yang melakukan lima kali misi antariksa ke Bulan. Mereka lima kali lebih mungkin meninggal karena penyakit kardiovaskular daripada astronot yang pergi ke orbit rendah.
Ahli penuaan sel di Mayo, James Kirkland, mengatakan studi mendatang akan memberikan gambaran mengenai dampak penerbangan ruang angkasa rutin. Tanpa melampaui sabuk Van Allen, analisis dikaitkan dengan penuaan sel.
"Jika kami melihat penuaan bahkan dalam kondisi ini, butuh banyak persiapan untuk misi yang durasinya lebih lama. Sesuatu harus diselesaikan sebelum penerbangan antarplanet benar-benar layak dilakukan," ungkap Kirkland.
Seiring bertambahnya usia manusia, sel-sel dalam tubuh semakin memasuki keadaan mati suri permanen yang dikenal sebagai senescence. Tidak hidup atau mati, sehingga dijuluki sebagai 'sel zombie'.
Keadaan tersebut mencegah tubuh mengganti sel-sel yang tidak berfungsi tetapi mereka juga tidak dibersihkan. Namun, itu bisa memicu bahan kimia yang meningkatkan peradangan dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko penyakit.
Saat seseorang masih muda, sel-sel itu penting. Mereka berkelompok di sekitar lokasi cedera sebagai sinyal ke sistem kekebalan bahwa ada kerusakan yang perlu diperbaiki.
Tanpa mereka, luka sembuh lebih lambat. Di tahun-tahun yang lebih muda, sel-sel zombie dibersihkan setelahnya, tetapi seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan kehilangan kemampuan untuk menyapu bersih mereka.
Kirkland menjelaskan, ketika sel-sel berada 'di bawah tekanan', mereka bisa berubah bentuk. Salah satu pemicunya adalah gravitasi nol. Entakan saat roket lepas landas juga dapat berkontribusi pada penuaan seluler DNA.
"Kemudian ada radiasi. Awak di ISS akan berada di dalam sabuk Van Allen tetapi kekhawatiran sebenarnya adalah apa yang akan terjadi jika ada misi Mars, dan jika ada suar matahari, karena Anda sedang berhadapan dengan radiasi atom," tutur Kirkland.
Dalam studi pendahuluan, tim mendapati dosis radiasi atom yang sangat rendah dapat mendorong sel ke penuaan pada tingkat yang jauh lebih rendah daripada sinar-x atau sinar gamma. Radiasi atom juga bisa menembus pesawat ruang angkasa.
Kirkland mengakui dirinya hanya seorang dokter, bukan ilmuwan luar angkasa. Pandangan yang dia sampaikan bisa jadi bias, tetapi dia tetap bersikeras bahwa masalah kesehatan akibat perjalanan ruang angkasa bisa sangat buruk dan mengkhawatirkan.
Misi ISS dipimpin oleh perusahaan ruang angkasa komersial Axiom 1 dan para astronot akan diluncurkan dengan SpaceX. Komandan misinya adalah Michael López-Alegría, mantan Astronot NASA dan Wakil Presiden Axiom Space.
Larry Connor akan berperan sebagai pilot misi, sementara Mark Pathy dan Eytan Stibbe akan terbang ke ISS sebagai spesialis misi. Para kru juga membawa berbagai jenis sel manusia yang berada dalam kondisi pra-penuaan di inkubator khusus, untuk melihat adanya perubahan kondisi.
Upaya menemukan bahwa penerbangan luar angkasa menyebabkan penuaan sel, seiring dengan pencarian penangkalnya. Saat ini terdapat 15 uji klinis terhadap obat senolitik, yang diprediksi dapat melawan proses penuaan.
Data awal menunjukkan senolitik dapat meningkatkan fungsi fisik pada orang yang menderita penyakit fatal yang disebabkan oleh penuaan sel seperti akibat penyakit paru-paru fibrosis paru idiopatik. Penelitian akan dilakukan pada pengidap alzheimer, diabetes, dan osteoartritis.
Ada harapan bahwa obat tersebut dapat digunakan dalam organ donor untuk "memutar kembali waktu" sebelum ditransplantasikan ke orang yang lebih muda. "Kita perlu mengembangkan ini atau obat lain yang serupa untuk melihat apakah kita dapat mengurangi kerusakan sebelum pergi ke Mars," ucap Kirkland, dikutip dari laman Stuff.