Selasa 19 Mar 2019 08:56 WIB

NASA: Pergi ke Luar Angkasa Bisa Bangunkan Virus Herpes

Bangunnya virus dorman dipicu oleh stres para astronot selama melakukan misi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolanda
Astronot Peggy Whitson bekerja di pesawat luar angkasa di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ilustrasi).
Foto: AP
Astronot Peggy Whitson bekerja di pesawat luar angkasa di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada banyak orang yang mungkin bermimpi menjadi astronot agar bisa pergi menjelajah luar angkasa. Meski tampak sangat menarik, kegiatan menjelajahi luar angkasa juga tak luput dari beragam risiko. Salah satunya adalah risiko kesehatan.

Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan NASA, pergi ke luar angkasa ternyata dapat membangunkan beberapa virus dorman atau virus tertidur yang ada dalam tubuh astronot. Virus-virus ini meliputi virus herpes, virus cacar air dan virus herpes zoster.

Hal ini diketahui setelah tim peneliti NASA melakukan analisis terhadap darah, urin dan liur para astronot. Sampel darah, urin dan liur ini diambil sebelum, saat dan setelah astronot melakukan misi luar angkasa di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Melalui jurnal Frontiers in Microbiology, tim peneliti NASA mengungkapkan virus-virus herpes ditemukan pada sampel urin dan liur sebagian besar astronot. Virus-virus ini ditemukan pada 53 persen astronot yang melakukan misi jangka pendek dan pada 61 persen astronot yang melakukan misi jangka panjang.

Menurut tim peneliti NASA, bangunnya virus-virus dorman pada astronot bukan disebabkan oleh paparan luar angkasa. Bangunnya virus-virus dorman ini lebih dipicu oleh stres yang dirasakan para astronot selama melakukan misi di luar angkasa.

Ada beragam hal yang dapat memicu stres para astronot. Sebagian astronot bisa merasa stres karena harus tinggal dalam pesawat luar angkasa yang kecil atau karena harus berpisah dengan keluarga dan teman-teman dalam waktu lama. Sebagian astronot lain dapat merasakan stres ketika menjalani proses take off maupun proses kembali masuk ke atmosfer Bumi di mana astronot terpapar oleh gravitasi nol dan radiasi kosmik.

Kabar baiknya, meski virus-virus ini terbangun, para astronot tidak menunjukkan gejala penyakit. Dari sekitar 112 astronot, hanya enam orang ayng menunjukkan gejala karena reaksi virus.

"Gejala-gejala ini semua nya gejala minor," terang ketua peneliti Satish K Mehta dari Johnson Space Center seperti dilansir Independent.

Meski begitu, temuan ini meningkatkan kewaspadaan NASA akan adanya risiko penularan infeksi di antara para astronot yang menjalankan misi. Bangunnya virus herpes dari kondisi dorman juga memunculkan sedikit kekhawatiran akan masa depan misi jangka panjang ke Mars.

Saat ini, tim peneliti sedang mencari metode untuk melawat reaktivasi virus-virus dorman. Bila berhasil menemukan solusinya, temuan ini juga akan bermanfaat bagi orang-orang yang tinggal di Bumi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement