REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti di Cina telah mengidentifikasi cairan misterius yang terkandung dalam pot perunggu kuno yang berusia ribuan tahun. Ternyata cairan tersebut adalah ramuan terkenal dalam legenda Cina.
Menurut para arkeolog, cairan kekuning-kuningan aneh yang ditemukan selama penggalian di Provinsi Henan, Cina tengah akhir tahun lalu adalah 'ramuan keabadian' kuno. Ramuan tersebut diyakini para nenek moyang sebagai pemberi kehidupan abadi kepada mereka yang meminumnya.
"Ini adalah pertama kalinya mitos 'obat keabadian' ditemukan di Cina," kata kepala Institut Relik Budaya dan Arkeologi, Shi Jiazhen seperti dilansir Science Alert, Rabu (6/3).
"Cairan ini memiliki nilai yang signifikan untuk studi pemikiran Cina kuno tentang mencapai keabadian dan evolusi peradaban Cina,” ujar dia.
Sebelumnya, pot perunggu itu digali dari makam seluas 210 meter persegi di 2.260 kaki persegi, yang berasal dari Dinasti Han Barat (202 SM hingga 8 M) di kota Luoyang pada November tahun lalu. Pot itu berada di antara artefak kuno lainnya, seperti pot tanah liat yang dicat dan lampu berbentuk angsa, belum lagi sisa-sisa peninggalan penghuni.
Pada saat itu, para arkeolog menuangkan cairan dari pot perunggu ke gelas pengukur, dan menilai perlu ada analisa lebih lanjut di laboratorium. Analisa diperlukan untuk mengidentifikasi jenis cairan kuno yang berbau anggur tersebut.
Hasilnya menunjukkan cairan itu bukan anggur beras. Arkeolog melaporkan cairan misterius itu adalah campuran kalium nitrat dan alunite.
Eliksir yang konon menganugerahkan keabadian atau umur panjang pranatural merupakan ciri dari banyak budaya lama. Pada kasus Cina kuno, eliksir ini terdiri dari bahan yang tidak biasa Anda konsumsi, termasuk emas, batu giok, merkuri, arsenik, dan banyak mineral beracun lainnya.
Faktanya, tingkat risiko yang tinggi terkait dengan minum ramuan ajaib ini begitu terkenal. Sehingga seluruh badan penelitian didedikasikan untuk sejarah keracunan obat mujarab alkimia Cina. Tergantung pada tingkat paparan, konsumsi kalium nitrat bisa berakibat fatal.