Kamis 22 Nov 2018 19:12 WIB

Suplemen Gula untuk Alternatif Penanganan Kanker

Penelitian berangkat dari fakta setiap sel dalam tubuh memakan glukosa

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gula pasir
Foto: Boldsky
Gula pasir

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Sebuah penemuan baru mengarah kepada penanganan kanker yang lebih mudah. Studi yang dilakukan tim dari Universitas Glasgow di Skotlandia mengungkap, suplemen gula sederhana disinyalir bisa memperlambat pertumbuhan sel kanker.

Tim yang dipimpin oleh Profesor Kevin Ryan itu melakukan eksperimen dengan tikus yang mengidap beberapa jenis tumor. Mereka meyakini, terapi yang sama akan ampuh jika suatu saat diterapkan untuk penanganan pasien manusia. Penelitian berangkat dari fakta bahwa setiap sel dalam tubuh 'memakan' glukosa gula.

Sel tumor mengonsumsinya dalam jumlah yang lebih banyak. Karena itu, tubuh sengaja diasup suplemen mannosa, yang secara alami terkandung dalam buah.   Struktur molekul mannosa sanga mirip dengan glukosa tetapi ada perbedaan kecil di antara keduanya.

Tim peneliti memberikan tiap kelompok tikus mannosa dalam jumlah dan porsi berbeda sesuai kondisi masing-masing hewan. Hasilnya, asupan mannosa mengurangi pertumbuhan beberapa jenis tumor secara signifikan.

Proses yang sama diulang selama beberapa kali, dibarengi dengan tambahan obat kemoterapi yang banyak digunakan seperti cisplatin dan doxorubicin. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan tumor tampak melambat dan rentang hidup beberapa tikus meningkat.

Menurut studi yang sudah terbit di jurnal Nature ini, alasannya adalah karena sel tumor sedang lapar glukosa dan terpenuhi oleh mannosa. Tanda bahwa mannosa bekerja memperlambat sel yakni tingkat enzim phosphomannose isomerase (PMI) yang lebih rendah dalam sel kanker.

Meski hasilnya menjanjikan, dibutuhkan studi lanjutan selama bertahun-tahun sebelum mannosa terjamin aman untuk pasien kanker. "Apa yang kami lakukan masih dalam tahapan pra-klinis. Apa pun yang akan diterapkan sebagai pengobatan perlu diuji pada manusia. Kami terus mendorong studi menuju uji klinis sesegera mungkin," kata Ryan, dikutip dari laman BBC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement