REPUBLIKA.CO.ID, CHENGDU -- Bukan rahasia Cina menjadi salah satu negara dengan konsumsi energi dan polusi tinggi di dunia. Negara Tirai Bambu ini menemukan berbagai solusi inovatif mengatasi masalah-masalah tersebut.
Pada acara The 2018 National Mass Innovation and Entrepreneurship yang digelar di Chengdu, Cina Oktober kemarin, perusahaan pengembangan ruang angkasa China Aerospace Science and Technology Corporation mengumumkan rencana mereka meluncurkan bulan buatan ke angkasa. Bulan buatan ini berada 10-80 kilometer di angkasa.
Dilansir dari Sora News, Kamis (1/11), itu sebenarnya bukan bulan, namun tepatnya satelit cermin raksasa. Cahanya delapan kali lebih terang dari bulan yang kita lihat di langit malam ini, berkat lapisan reflektifnya yang bisa memancarkan sinar matahari kembali ke Bumi.
Cermin yang melapisi bulan buatan ini dapat dikendalikan manual, berpotensi memfokuskan cahaya pada area yang lebih kecil untuk membantu kondisi darurat. Cermin ini juga bisa dimatikan seluruhnya jika diperlukan.
Bulan buatan ini diklaim bisa menyelamatkan jutaan dolar AS energi listrik di Chengdu setiap tahunnya. Penggunaan sumber-sumber energi konvensional menjadi lebih sedikit, dan polusi pun berkurang.
Ini adalah bulan pertama dari tiga bulan buatan yang dijadwalkan diluncurkan di orbit pada 2022. Jika tiga kekuatan bulan buatan digabungkan, mereka berpotensi menerangi ribuan kilometer (km) per segi dalam satu waktu.
Uji coba bulan buatan pada 2020 nanti rencananya akan dilakukan di sisi gurun yang tak berpenghuni untuk mengukur dampaknya terlebih dahulu. Dari sana, langkah-langkah cermat lanjutan akan diambil untuk memastikan tidak mengganggu siklus alami tanaman, hewan, dan manusia.
Bagi mereka yang tidak setuju atau takut dengan akibat bulan buatan ini, bisa tenang. Ini hanya akan diorbitkan di atas Kota Chengdu, 500 kilometer atau 310 mil di atas Bumi, menerangi sekitar 50 km per segi kota.