Jumat 07 Sep 2018 11:49 WIB

Huawei Jembatani Kebutuhan SDM IT

Huawei menjembatani kesenjangan materi sekolah formal lewat Seeds for the Future.

Rep: Setyanavidita Livikacansera/ Red: Indira Rezkisari
Para peserta dari Indonesia yang mengikuti program Seeds for the Future mempelajari konfigurasi 4G BTS di laboratorium Huawei di Shenzen, Guangdong, Cina, Rabu (5/9).
Foto: Republika/Setyanavidita Livikacansera
Para peserta dari Indonesia yang mengikuti program Seeds for the Future mempelajari konfigurasi 4G BTS di laboratorium Huawei di Shenzen, Guangdong, Cina, Rabu (5/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SHENZEN -- Perkembangan teknologi yang bergulir begitu cepat di Tanah Air, memerlukan ekosistem yang mendukung secara komprehensif. Salah satu tantangan yang masih banyak ditemui saat ini, adalah kurangnya sumber daya manusia (SDM) untuk memenuhi tingginya permintaan akan talenta di bidang teknologi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Capgemini pada 2017 terhadap 501 perusahaan global, sektor perbankan adalah industri yang sangat kekurangan tenaga ahli (62 persen). Sementara talenta IT yang paling dibutuhkan adalah yang memiliki kemampuan di keamanan siber (68 persen), computing (65 persen), dan big data (61 persen).

Kekurangan SDM yang berkualitas di bidang IT berpotensi menurunkan produktivitas perusahaan hingga 52 persen dan laba hingga 33 persen. Kondisi serupa, terjadi pula di Indonesia.

Salah satu penyebab terjadinya kesenjangan adalah, adanya celah antara materi yang dipelajari di sekolah formal, dengan perkembangan teknologi yang terjadi di industri. Apalagi, di era digital seperti sekarang, teknologi berganti begitu cepat.

Sebagai upaya mengurangi kesenjangan materi antara sekolah formal dan kebutuhan di dunia kerja, PT Huawei Tech Investment menghadirkan program Seeds for the Future. Dalam program ini Huawei memilih 10 mahasiswa dari tujuh perguruan tinggi terkemuka di Indonesia yakni Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Telkom, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

Sepuluh mahasiswa tersebut, yang terpilih setelah lolos seleksi kemudian berangkat ke Cina untuk menjalani program semi-pemagangan dan bimbingan tentang teknologi dan inovasi terbaru. Di antaranya, pembekalan materi tentang perkembangan teknologi jaringan 3G/4G/5G, komputasi awan, Internet of Things hingga jaringan yang cerdas.

Setelah mendapat pelatihan selama dua pekan, pada Jumat (7/9), para peserta program Seeds for the Future ini resmi menyelesaikan program pelatihan. "Program ini merupakan bentuk respons kami terhadap kebutuhan dunia pendidikan dalam melahirkan lulusan-lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri," ujar Selina Wen, VP Public Affairs and Communications Huawei Indonesia, kepada wartawan Republika.co.id, Setyanavidita Livikacansera, di Shenzen.

Besarnya celah antara materi belajar formal, dengan apa yang tengah terjadi di dunia teknologi, dirasakan benar oleh Gusti Ayu Amanda Gita Saraswati. Mahasiswi semester tujuh Teknik Elektro Universitas Indonesia ini mengungkapkan, selama berkuliah ia hanya sedikit mendapat materi tentang teknologi long term evolution (LTE) alias 4G. "Di kampus lebih banyak membahas 3G," ujarnya.

Gita yang merupakan salah satu dari 10 mahasiswa yang terpilih mengikuti program Seeds for the Future dari Huawei ini pun dibuat tercengang ketika menyaksikan sendiri bagaimana teknologi akan segera mengarah ke 5G. Termasuk di dalam ekosistem 5G, adalah beragam teknologi seperti Internet of Things (IoT), smart city, dan komputasi awan.

Menurutnya, ada berbagai manfaat yang ia rasakan selama mengikuti program belajar langsung di Kantor Pusat Huawei di Shenzen, Guangdong, Cina. Salah satunya, adalah bagaimana ia bisa lebih dekat lagi dengan teknologi yang menjadi fokus studinya, seperti melihat langsung seperti apa wujud langsung dari base transceiver station ( BTS).  

Apabila sebelumnya Gita belum pernah 'berkenalan langsung' dengan BTS, dalam kesempatan belajar kali ini, membuat sendiri BTS justru masuk dalam salah satu materi yang diajarkan.

Berbagai materi dan pengenalan teknologi terkini, juga memberi manfaat bagi Fazlur Rahman. Mahasiswa semester tujuh Teknik Informatika Universitas Padjajaran ini, mengaku mendapat inspirasi untuk segera menggarap tugas akhirnya. Fazlur berencana, akan menggarap skripsi dengan teknologi komputasi awan sebagai fokus utamanya.

Menurut Fazlur, meski sebagian materi yang ia dapat di Shenzen telah juga dipelajari di kampus, namun selama satu minggu proses pemagangan ini, ia mendapat materi yang lebih teknis dan mendalam. "Salah satunya, dengan mempelajari teknis komputasi awan dengan lebih mendalam, pasti akan sangat berguna apabila saya ingin mengembangkan aplikasi untuk perusahaan perintis di masa mendatang," lanjutnya.

Di Tanah Air, program Seeds for the Future telah memasuki tahun keenam dengan lebih kurang 100 mahasiswa yang telah berpartisipasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement