Sabtu 28 Jul 2018 06:32 WIB

Gerhana Bulan Terlama Kembali Terjadi Tahun 2123

Gerhana bulan total pada 9 Juni 2123 mencapai 106 menit.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Dwi Murdaningsih
Peserta melintas di depan gambar bulan dalam fase merah atau blood moon saat kegiatan Edukasi Pemantauan Gerhana Bulan dan Planet di Universitas Machung, Malang, Jawa Timur, Jumat (27/7).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Peserta melintas di depan gambar bulan dalam fase merah atau blood moon saat kegiatan Edukasi Pemantauan Gerhana Bulan dan Planet di Universitas Machung, Malang, Jawa Timur, Jumat (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses gerhana bulan total yang terjadi pada Sabtu (28/7) ini terjadi dalam durasi paling lama hingga lebih dari 100 tahun ke depan, yakni mencapai 103 menit. Gerhana bulan total yang akan datang dengan fase totalitas lebih lama terjadi pada 9 Juni 2123, mencapai 106 menit.

Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Muhamad Sadly mengatakan banyak hoaks kerap mengiringi peristiwa astronomi seperti gerhana bulan tadi malam. Beberapa saat lalu beredar pesan berantai mengenai hubungan radiasi dan pancaran cahaya cosmic dengan gerhana bulan total pada Sabtu (28/7).

Sensasi Gerhana Bulan di Masjid Nabawi

Menurut Sadly, informasi hoaks atau bohong memang kerap mengiringi setiap peristiwa astronomi. Tidak hanya pada gerhana kali ini, juga pada super blue blood moon pada Januari kemarin. "Jadi, selain melakukan pemantauan, BMKG juga melakukan edukasi ke masyarakat mengenai informasi yang beredar," kata dia, ketika konferensi pers di Kantor Pusat BMKG, Jakarta.

Sebelumnya, sempat beredar informasi melalui pesan berantai yang berisikan peringatan kepada masyarakat terhadap radiasi ponsel berbahaya akibat pancaran cahaya kosmik saat gerhana bulan. Dalam pesan tersebut, tertulis juga imbauan agar masyarakat menjauhkan hp dan peralatan elektronik lain.

Radiasi kosmik sendiri merupakan radiasi berbagai panjang gelombang dari luar bumi. Meski radiasi itu sebenarnya ada setiap saat, terlalu kecil untuk berdampak bagi bumi. "Kami punya peralatan untuk memantau fenomena ini. Sebelum terjadi puncaknya, akan ketahuan dua sampai tiga hari sebelumnya dan dari hasil pantauan, tidak ada," kata Sadly.

Sadly mengakui, munculnya informasi hoaks terkait peristiwa astronomi menjadi sebuah tantangan besar bagi BMKG. Ia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak segera percaya dengan informasi beredar yang tidak memiliki sumber jelas atau ikut menyebarkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement