Kamis 28 Jun 2018 11:27 WIB

Kapal Antariksa Jepang Capai Asteroid Tujuan

Hayabusa2 berangkat dari bumi tahun 2014 dan akan kembali ke Bumi pada 2020

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Percikan udara akibat gesekan Hayabusa dan atmosfer
Foto: NASA
Percikan udara akibat gesekan Hayabusa dan atmosfer

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kapal antariksa Jepang, Hayabusa2, telah tiba di asteroid Ryugu yang merupakan tujuan misinya. Benda langit itu berjarak 284 juta kilometer (km) dari Bumi dan berhasil dicapai setelah menempuh perjalanan tiga setengah tahun waktu Bumi.

Badan antariksa Jepang, JAXA, menginformasikan bahwa Hayabusa2 saat ini mengambil posisi 19,3 km dari Ryugu. Selanjutnya, Hayabusa2 akan menghabiskan 18 bulan untuk mempelajari dan menjelajahi permukaan asteroid.

Para astronom Jepang akan mengupayakan kemungkinan agar Hayabusa2 bisa membawa sampel asteroid ke Bumi. Pesawat antariksa yang berangkat dari Bumi pada akhir 2014 tersebut dijadwalkan kembali ke Bumi pada 2020.

Manajer proyek, Yuichi Tsuda, menjelaskan bahwa Ryugu terlihat bundar dari kejauhan dan lambat laun tampak kotak. Setelah benar-benar dilihat secara jelas, asteroid itu disebut berbentuk serupa fluorite atau dadu oktahedral.

"Sekarang kawah dan bebatuannya mulai terlihat dengan fitur geografis yang bervariasi di berbagai tempat. Secara ilmiah, bentuk Ryugu sangat mengejutkan dan menimbulkan beberapa tantangan untuk menelitinya," kata Tsuda.

Ryugu berputar seperti gasing dengan sumbu rotasi tegak lurus terhadap orbit yang selesai dikelilingi dalam 15,5 bulan. Asteroid berdiameter setengah mil ini pertama kali ditemukan pada 1999. Dia kadang terlihat di dalam jalur orbit Bumi atau sedikit keluar dari orbit Mars.

Ini pertama kalinya manusia mempelajari asteroid tipe C yang merupakan asteroid primitif. Dalam bahasa Jepang, Ryugu berarti 'istana naga' dan kerap dikaitkan dengan cerita rakyat tradisional, sementara Hayabusa berarti 'elang'.

JAXA memprediksi permukaan Ryugu kaya karbon, bahan organik, dan air beku. Badan antariksa itu percaya mempelajari asteroid dengan permukaan berwarna gelap tersebut dapat membuat manusia memahami lebih lanjut tentang tata surya, dikutip dari laman National Public Radio.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement