REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan Bos Cambridge Analytica Alexander Nix mengakui pada Rabu (6/6) bahwa perusahaannya telah menerima data rincian pribadi pengguna Facebook. Pernyataan ini bertentangan dengan kesaksian Cambridge Analytica sebelumnya kepada anggota parlemen Inggris.
Cambridge Analytica, yang disewa oleh Donald Trump pada tahun 2016, menolak dipekerjakan pada kampanye pemilihan presiden AS yang berhasil memanfaatkan data yang diduga diambil secara tidak sah dari sekitar 87 juta pengguna Facebook.
Alexander Nix, dalam kesaksian sebelumnya kepada komite media parlemen, juga membantah konsultasi politik dengan data yang diberikan oleh Aleksandr Kogan, seorang peneliti terkait dengan skandal data Facebook tersebut. Namun, pada hari Rabu, Nix mengakui telah menerima data dari Kogan.
"Tentu saja, jawaban atas pertanyaan ini seharusnya 'ya,'" kata Nix seperti dikutip Reuters, Kamis (7/6).
Nix membantah sengaja menyesatkan para anggota parlemen Inggris dengan pernyataan berbeda dan mengatakan perusahaan telah menghapus data, yang tidak ada gunanya. Pemerintah Inggris sendiri sedang fokus menyelidiki peran Cambridge Analytica dan Facebook dalam pemilihan Brexit 2016 serta pemilihan Trump.
Anggota parlemen meminta Nix untuk kembali menjalani pemeriksaan karena jawaban berbeda tersebut. Sementara, Kogan telah mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia memberikan data pengguna Facebook ke Cambridge Analytica.
Pihak Facebook mengatakan, Kogan mengambil data dengan membuat aplikasi pada platform yang diunduh oleh 270.000 orang, menyediakan akses tidak hanya untuk mereka sendiri tetapi juga data pribadi teman mereka. Facebook mengatakan Kogan kemudian melanggar kebijakan Facebook dengan menyerahkan data ke Cambridge Analytica.