Selasa 24 Apr 2018 11:16 WIB

Facebook Tindak Tegas Terhadap 1,9 Juta Konten Terkait Teror

Facebook telah menambahkan 50 orang ke tim kontraterorisme.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri
Facebook
Foto: EPA
Facebook

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Facebook mengungkapkan menghapus atau menandai 1,9 juta konten yang terkait dengan Alqaidah atau ISIS di awal tahun 2018. Angka itu mewakili peningkatan hampir dua kali lipat dari kuartal sebelumnya.

Menurut Facebook, sebagian besar, sekitar 99 persen, ditandai oleh pengulas Facebook dan oleh teknologi pendeteksi situs. Meskipun hanya sebagian kecil dari tulisan-tulisan itu yang diidentifikasi oleh pengguna Facebook.

Pengumuman Facebook yang secara proaktif menemukan dan menghapus sejumlah besar pidato terkait terorisme menawarkannya kesempatan untuk menunjukkan bahwa ia menganggap serius ancaman tersebut. "Kami telah membuat langkah signifikan untuk menemukan dan menghapus propaganda (ISIS dan Alqaidah) dengan cepat dan dalam skala besar," ucap Facebook, dalam postingan blog-nya, dikutip dari Independent, Selasa (24/4).

Untuk membantu pekerjaannya, Facebook telah menambahkan 50 orang ke tim kontraterorisme. Raksasa media sosial telah menghadapi tekanan yang luar biasa terhadap pidato kebencian polisi dan menindak isi yang dapat memicu kekerasan. Hal itu sejalan dengan reaksi atas aktor-aktor yang terkait Rusia menggunakan situs tersebut untuk menabur perselisihan dan mencoba untuk mempengaruhi pemilihan presiden 2016. Karena sejauh mana kampanye pengaruh Rusia menjadi fokus, para eksekutif Facebook semakin mengakui bahwa jangkauan dan pengaruh situs yang luas membuatnya rentan terhadap pelecehan.

Demikian pula, di tengah-tengah skandal privasi data yang melihat hingga 87 juta data pengguna di tangan perusahaan politik Cambridge Analytica, chief operating officer Facebook Sheryl Sandberg mengatakan bahwa 'aktor jahat' akan selalu mencoba untuk mengeksploitasi platform. Pos yang merinci upaya kontra-teror Facebook menggemakan pengakuan perusahaan akan potensi penyalahgunaannya. Ia mencatat bahwa aktor-aktor jahat telah lama mencoba menggunakan internet untuk tujuan jahat.

Ia mencatat, supremasi kulit putih dan al-Qaeda selama beberapa dekade berusaha untuk menyebarkan ideologi mereka secara online. "Sementara tantangan terorisme online bukanlah hal baru, itu telah semakin mendesak sebagai platform digital menjadi pusat kehidupan kita," tegas Facebook.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement