REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pakar keamanan siber Pratama Persadha menganjurkan agar warganet (netizen) menghapus aplikasi dan permainan pihak ketiga di Facebook. Hal itu untuk menjaga agar data pengguna aman dari pengambilan dan pengolahan oleh Cambridge Analytica.
Sebanyak 87 juta data pengguna Facebook telah diambil dan diolah oleh Cambridge Analytica, kata Pratama yang juga Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi atau Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) melalui pesan singkatnya kepada Antara di Semarang, Kamis (5/4) malam.
Ia menyebutkan lebih dari 1.096.666 di antaranya adalah data pengguna Facebook di Indonesia. Fakta ini memunculkan kekhawatiran, kemudian Kementerian Komunikasi dan Informatika melayangkan surat panggilan kepada perwakilan Facebook untuk dimintai keterangan.
Pratama yang pernah sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pengamanan Sinyal Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) mengatakan bahwa Facebook tidak hanya mampu mengintip data kontak telepon penggunanya, tetapi juga bisa melihat isi percakapan pada Facebook Messenger.
"Dengan fakta ini publik kini mempertanyakan sejauh mana keamanan dan jaminan privasi Facebook? Apalagi, platform lain WhatsApp dan Instagram juga berada di bawah naungan Zuckerberg," kata Pratama.
Pria asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini mengatakan bahwa sekarang ini merupakan saat yang tepat bagi pemerintah untuk bersikap tegas pada Facebook sekaligus momentum untuk mendesak Facebook membuka server di Tanah Air.
Menurut Pratama, Facebook sudah melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19/2016.
Oleh karena itu, dia berharap Kominfo bisa bersikap tegas melindungi data masyarakat di Tanah Air karena Facebook telah secara sadar membagi data mereka ke Cambridge Analytica.
"Satu juta orang data pengguna tanah air yang diambil bukan angka yang kecil. Ini adalah fenomena gunung es, saat masyarakat kita banyak menggunakan layanan asing dan datanya disalahgunakan," katanya.
Dalam kasus Facebook, lanjut dia, sebenarnya pengambilan data secara sistematis. Salah satu pintu masuknya adalah para pengguna Facebook yang menggunakan aplikasi pihak ketiga untuk bermain kuis maupun gim."Sering kali kita temui di Facebook ada aplikasi, kuis, dan gim. Dari sanalah Cambridge Analytica masuk dan mengambil data," ujarnya.