Selasa 20 Feb 2018 14:19 WIB

Ratusan Sekolah di AS Gunakan Ini untuk Atasi Adiksi Ponsel

Caranya adalah dengan menjauhkan ponsel dari jangkauan dan pandangan pemiliknya.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Winda Destiana Putri
Remaja masa kini yang baik namun kecanduan gadget. Ilustrasi
Foto: Pixabay
Remaja masa kini yang baik namun kecanduan gadget. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Lebih dari 600 sekolah di Amerika Serikat menggunakan metode sama untuk mengatasi adiksi ponsel yang dialami pelajar. Caranya adalah dengan menjauhkan ponsel dari jangkauan dan pandangan pemiliknya.

Metode sederhana itu digagas Graham Dugoni, pendiri perusahaan Yondr. Produknya yang juga dikenal dengan nama Yondr berupa kantung neoprene kecil berwarna abu-abu tempat menyimpan ponsel untuk sementara waktu.

Perusahaan yang berdiri sejak 2014 itu sudah memperkenalkan metode ini ke Amerika Utara, Eropa, dan Australia. Yondr bekerja sama dengan sekolah, pengadilan, fasilitas medis, juga penyelenggara konser dan acara pernikahan.

Orang yang berada di area Yondr harus mematuhi aturan untuk 'mengunci' ponsel mereka dalam kantung tersebut. Ponsel baru boleh diakses kembali dari penjara mini itu di area yang disebut "unlocking base".

Dugoni mengatakan, mulanya orang-orang seperti 'mati gaya' dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, efeknya lambat laun akan terasa di mana terdengar lebih banyak interaksi dan percakapan yang terjadi satu sama lain.

"Saat konser, orang-orang mulai berbincang mengenai artis dan pertunjukan. Banyak individu lebih terlibat dengan pembicaraan sekitarnya, itu adalah perbedaan besar," ujar pria 31 tahun tersebut.

San Lorenzo High School di Kalifornia, AS, adalah salah satu sekolah yang sudah memberlakukan aturan Yondr. Sang Kepala Sekolah, Allison Silvestri mengatakan bahwa nilai para siswanya meningkat dan pelanggaran disiplin berkurang drastis.

"Sekolah jauh lebih ramai. Para murid berinteraksi, bicara satu sama lain, membaca, bermain bola, dan bersosialisasi, alih-alih terus mengirimkan pesan singkat satu sama lain," kata Silvestri, dikutip dari laman Science Alert.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement