Sabtu 17 Feb 2018 15:58 WIB

Penguin Bisa Indikasikan Perubahan di Kutub Selatan

Bulu dan cangkang telur burung ini menyimpan jejak kimia berubahnya iklim lingkungan.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ani Nursalikah
Penguin. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Penguin. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Penguin menyimpan rekam perubahan lingkungan Kutub Selatan (Antartika). Bulu dan cangkang telur burung ini menyimpan jejak kimia variasi makanan, struktur selaput kaki, dan berubahnya iklim lingkungan mereka.

Dilansir dari Science News, Sabtu (17/2), dalam pertemuan American Geophysical Unions 2018 Ocean Sciences pada awal pekan ini, ahli ekogeokimia laut University of Rhode Island (URI) Kingston AS, Kelton McMahon mengatakan, penguin sangat luar biasa soal arsip biokimia atas sumber pengan yang mereka konsumsi. Penguins berada di titik sentral jaring makanan Kutub Selatan sehingga jaringan tubuh mereka akan memberi informasi detil apa saja yang mereka makan dengan melacak proporsi karbon dan isotop nitrogen.

Penelitian serupa ini sebenarnya sudah ada dan berlangsung selama 80 tahun. Namun semua studi itu belum bisa menemukan kaitan antara perubahan sumber pangan penguin dengan perubahan iklim yang terjadi. Karena itu, McMahon dan timnya melakukan riset yang lebih fokus pada penelusuran asam amino karena asam amino lebih spesifik dan bisa menunjukkan dari mana sumbernya.

Untuk memahami apa yang dimakan penguin Kutub Selatan sepanjang waktu, McMahon dan tim mengembangkan sejumlah penelusuran jejak kimia, termasuk asam amino ada ikan herring Atlantik yang menjadi makanan utama penguin dan perubahan kimianya setelah dicerna penguin. Hal itu dilakukan pada penguin di Omaha Henry Doorly Zoo and Aquarium, Nebraska AS. Data itu lalu dibandingkan dengan data kimia dari jaringan tubuh penguin liar dan rekam data sebelumnya.

Dari sana para peneliti mendapati, selama 80 tahun ini, penguin-penguin Kutub Selatan mengalami perubahan sumber pangan dari ikan ke krill dan kembali ke ikan. McMahon menjelaskan, di akhir 1800-an hingga pertengahan 1900-an, para pemburu paus beraksi secara ekstensif.

Hal itu membuat populasi krill naik karena pemangsanya, paus berkurang. Penguin menikmati surplus krill itu. Namun pada 1970-an hingga 1990-an, populasi krill turun sehingga penguin kembali lebih banyak makan ikan. Selain itu, asam amino fitoplankton dan isotopnya juga diperhitungkan karena perubahan iklim ikut berpengaruh terhadap nilai isotop fitoplankton. Perubahan isotop akan menunjukkan soal perubahan iklim di Kutub Selatan.

''Rekaman 80 tahun itu hanya sebagian kecil dari perubahan yang terjadi,'' kata McMahon.

Oleh sebab itu, ia dan timnya berencana menelaah lebih jauh dengan membuka data lebih lama termasuk menelaah cangkang telur penguin yang berumur 10 ribu tahun. Ekolog hewan University of New Mexico, Albuquerque, AS Seth Newsome mengatakan, riset yang McMohan lakukan bersama tim ini menunjukkan kekuatan asam amino dan isotop untuk melacak perubahan lingkungan melalui jaringan tubuh hewan. Teknik ini jadi populer karena bisa mendeteksi perubahan sumber pangan dan peruhanan mendasar dalam jaringan makanan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement