Kamis 11 Jan 2018 00:57 WIB

5G Diberlakukan, Konsumen 'Wajib' Beli Perangkat Baru

Rep: Nora Azizah/ Red: Esthi Maharani
5G
5G

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA.- Pengamat dan Pakar Teknologi Teguh Prasetya mengungkapkan, teknologi 5G pada dasarnya justru memberatkan konsumen. Saat ini, perangkat hanya mampu mendukung teknologi 4G saja sehingga bisa dipastikan tidak dapat dipakai pada jaringan 5G. "Pengguna dan pemilik handset terkena imbas ketersediaan perangkat," kata Teguh dihubungi beberapa waktu lalu.

Konsumen dituntut untuk membeli perangkat baru apabila 5G sudah terimplementasi. Meski demikian, Teguh menegaskan bahwa perangkat 5G seharusnya tidak dibanderol tinggi. Semua bisa terlihat dari ketersediaan perangkat 4G yang memiliki harga cukup murah. Hanya saja pemerataan jaringan dan handset menjadi hal yang perlu diperhatikan saat 5G akan mulai diberlakukan.

Teguh mengatakan, penerapan 5G di Indonesia masih dalam tahap 'tugas' panjang. Teknologi 5G menjanjikan dua hal, yakni penggunanya massive atau masal namun tetap memberikan kecepatan akses. "Semua negara masih melakukan uji coba frekuensi untuk menentukan yang terbaik," ujar Teguh.

Teknologi 5G memang menjanjikan high bandwith sehingga pengalaman pengguna berbeda ketika menggunakan teknologi pada generasi jaringan sebelumnya. Namun, Indonesia masih memiliki tugas panjang. Sebab, hingga saat ini 4G LTE pencapaian pemerataannya masih belum tuntas.

Ada baiknya tugas pemerataan jaringan tersebut dituntaskan terlebih dahulu untuk sampai pada babak 5G. Perusahaan yang sudah berinvestasi penuh untuk 4G belum tentu harus mengganti seluruh infrastruktunya demi bergeser ke 5G. Hal tersebut sangat bergantung pada standarisasi teknis yang ditetapkan pada teknologi tersebut.

Teguh menjelaskan, apabila standarisasi 5G tidak jauh berbeda dengan 4G, maka yang terjadi bukan revolusi tetapi evolusi. Perusahaan tidak perlu mengganti infrastruktur secara menyeluruh. Dengan demikian, teknologi 5G belum bisa disebut mahal atau tidak. Proses standarisasi teknis masih belum ditetapkan, dan negara di dunia juga masih sibuk melakukan uji coba frekuensi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement