REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cacing tanah merupakan hewan penting untuk membuat kesuburan tanah. Peneliti NASA menemukan, jika komposisi tanah yang berasal dari Mars seharusnya tidak menghalangi reproduksi cacing tanah.
NASA melakukan simulasi dengan menggunakan tanah dari Mars. Peneliti tersebut menambahkan tanaman rucola (juga dikenal sebagai roket atau arugula), pupuk kandang dan cacing tanah. Hasil dari itu, mereka menemukan cacing tidak hanya tumbuh subur, namun, sekarang mereka telah menghasilkan keturunan pertama mereka.
"Jelas pupuk kandang merangsang pertumbuhan, terutama di tanah Mars yang simulant, dan kami melihat bahwa cacing itu aktif," kata peneliti utama dan ahli biologi Wieger Wamelinkdari Wageningen University & Research di Belanda dikutip dari Sciencealert.
Hal yang menarik, cacing itu tidak hanya bertahan hidup. Dia mampu bertahan dan bereproduksi di tanah Mars yang simultan.
Tanah Mars adalah alat yang sangat penting untuk meneliti misi Mars. Ini telah dikembangkan oleh NASA berdasarkan data yang diperoleh oleh rover Mars dan pengorbit, dan komposisinya sedekat mungkin dengan materi di Mars berdasarkan informasi yang ada.
Media yang digunakan di Bumi, secara teknis tidak tepat untuk menyebutnya tanah, karena tanah mengandung bahan organik. Namun, ilmuwan menggunakan kata tersebut untuk membedakan bahan yang lebih halus di regolith di Mars dari batuan dan kerikil.
Simulant tanah ini dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana tanah dan debu di Mars akan memengaruhi hal-hal seperti robot rover, peralatan pertambangan, dan setelan ruang. Selama beberapa tahun terakhir, para periset juga telah meneliti apakah tanaman dapat bertahan hidup di sana.
Wamelink dan timnya tunjukkan pada tahun 2016, sayuran memang bisa ditanam di tanah Mars. Tidak seperti halnya di tanah bumi,tapi, karena itulah tim sekarang mencoba hal baru, termasuk menambahkan pupuk kandang babi dan cacing tanah, yang mencerna bahan tanaman yang membusuk dan mengubahnya menjadi nutrisi.
"Efek positif dari penambahan pupuk tidak terduga. Tapi kami terkejut bahwa ini membuat tanah Mars simulant mengunggulipasir perak Bumi," ujar Wamelink.
Namun, ada hambatan signifikan lainnya untukmenanam tanaman di Mars. Arena tanam membutuhkan lingkungan yang iklimnya bisadiatur agar tidak membeku di udara yang sangat dingin di Mars, dan untukmemberi mereka air cair, dan semacam pelindung untuk melindungi mereka dariradiasi di permukaan Mars karena kurangnya medan magnet global.
Kedua hal ini bisa dilakukan dengan rumah kaca, namun, masih ada masalah lain. Mars mendapat sekitar 60 persen dari jumlah cahaya yang didapatkan Bumi. Berarti tanaman di Mars akan tumbuh sekitar 60 persen dari tingkat tanaman Bumi. Untuk mengatasi masalah ini, para periset di Utah State University telah bekerja sama dengan NASA untuk mengembangkan sistem serat optik untuk menghasilkan cahaya bagi tanaman yang sedang tumbuh.
Sementara itu, karya Wamelink dengan simulan tanah terus berlanjut. Dia sudah menentukan sayuran yang tumbuh dalam simulan kaya logam padat ini aman dikonsumsi.