Senin 06 Nov 2017 21:05 WIB

Hentikan Viral Cara Akses Konten Porno GIF

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Indira Rezkisari
Konferensi Pers Konten Pornografi Whatsapp. Pegawai Kemkominfo memperlihatkan gambar GIF yang ada di aplikasi Whatsapp di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Senin (6/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Konferensi Pers Konten Pornografi Whatsapp. Pegawai Kemkominfo memperlihatkan gambar GIF yang ada di aplikasi Whatsapp di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Senin (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai beredar pesan viral adanya konten pornografi di Whatsapp, beredar pula anjuran untuk memberi peringatan ke perusahaan aplikasi itu. Pesan viral itu mengajak memberikan ulasan bintang satu untuk WhatsApp dan menghindari konten tersebut digunakan anak-anak.

Pengamat forensik, Ruby Alamsyah mengimbau masyarakat untuk berhenti dan tidak menyebarluaskan informasi mengenai cara penggunaan konten GIF berbau pornografi. "Karena cara broadcast atau menyebarkan bagaimana caranya otomatis kita juga menyebarluaskan konten porno atau mengajarkan bagi orang yang belum tau sebelumnya," kata Ruby ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (6/11).

Menurutnya, pengguna WhatsApp boleh membahas hal tersebut. Namun lebih baik tidak perlu menjelaskan bagaimana caranya. "Jika melihat dari broadcast yang muncul di messenger, otomatis anak-anak yang tidak mengerti akan menjadi tahu."

Ruby menyatakan bahwa muncul presepsi yang salah dari konten berbau pornografi tersebut. "Ini bukan konten porno yang muncul pada OTT (Over The Top) messenger seperti WhatsApp, Facebook, Google Hangouts atau yang lainnya, ini adalah pihak ketiga penyedia layanan konten GIF animator."

Pihak penyedia aplikasi pesan singkat menyewa data atau akses pada pihak ketiga untuk menyediakan fitur GIF animator. Hal tersebut membuat pengguna WhatsApp dapat mengakses ke database penyedia konten gambar GIF tersebut.

"Sebenarnya ini tidak akan tersebar luas atau bisa diakses masyarakat luas jika penyampaian atau penyebarannya tidak seperti kemarin. Sekarang dengan cara broadcast seperti itu malah menurut saya menjadi menyebarluaskan bagaimana mengakses konten-konten tersebut," tutup Ruby.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement