Jumat 03 Nov 2017 13:36 WIB

Alasan Orang Utan Tapanuli Jadi Spesies Terbaru

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Indira Rezkisari
Pengenalan spesies baru Orangutan Tapanuli oleh para peneliti dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Gedung Manggala Wanabakti, Jumat (3/11).
Foto: Republika/Melissa Riska Putri
Pengenalan spesies baru Orangutan Tapanuli oleh para peneliti dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Gedung Manggala Wanabakti, Jumat (3/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesies baru orang utan Tapanuli resmi menjadi spesies baru yang dimiliki Indonesia. Orang utan Tapanuli atau yang memiliki nama ilmiah Pongo tapanuliensis menjadi spesies baru setelah diakui melalui publikasi ilmiah internasional.

"Orang utan Tapanuli dinobatkan sebagai spesies orangutan ketiga, setelah Pongo pygmaeus (orang utan Borneo) dan Pongo abelli (orang utan Sumatera)," kata salah satu peneliti Puji Rianti, saat ditemui di Gedung Manggala Wanabakti, Jumat (3/11).

Ia menjelaskan, bukti pertama yang mengukuhkan Orang Utan Tapanuli sebagai spesies baru adalah karena perbedaan genetik yang sangat besar di antara ketiga jenis orang utan tersebut. Bahkan perbedaannya melebihi perbedaan genetik antara gorila dataran tinggi dan dataran rendah maupun antara simpanse dan bonobo di Afrika.

Orang utan Tapanuli diduga merupakan keturunan langsung dari nenek moyang orang utan yang bermigrasi dari Dataran Asia pada masa Pleistosen (kurang lebih 3,4 juta tahun silam). Sedangkan, perbedaan morfologi lain terlihat dari ukuran tengkorak dan tulang rahang yang lebih kecil dibandingkan kedua spesies lainnya.

"Serta rambut di seluruh tubuh orang utan Tapanuli yang lebih tebal dan keriting," lanjut dia. Orang utan Tapanuli hidup pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Padahal biasanya hewan primata ini hidup di dataran rendah pada ketinggian 400 mdpl.

Hal itu pula yang berdampak pada pola makan yang ada di hutan Batang Toro dibanding yang lainnya. Orang utan Tapanuli mengonsumsi biji aturmanganan, buah sampinur tali dan agatis yang biasanya tidak disukai orang utan pada umumnya.

"Karena memang kesediaan buah cuma itu," ujar dia.

Berdasarkan studi perilaku dan ekologi, Orang Utan Tapanuli juga diketahui memiliki jenis panggilan jarak jauh atau long call, cara jantan menyebarkan informasi yang berbeda serta jenis pakan unik dari jenis buah-buahan yang hanya ditemukan di Ekosistem Batang Toru.

Peninjauan terakhir terhadap jumlah populasi Orang Utan Tapanuli dilaporkan pada 2016, hanya tersisa tidak lebih dari 800 individu hidup yang tersebar di tiga populasi terfragmentasi di Ekosistem Batang Toru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement