Senin 10 Apr 2017 14:44 WIB

Berita Hoax Paling Sering Muncul di Media Sosial

Rep: Desy Susilawati/ Red: Winda Destiana Putri
Hoax. Ilustrasi
Foto: ABC News
Hoax. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Co Founder Provetic, Shafiq Pontoh, mengatakan bahwa hasil survei yang dilakukan oleh Mastel dan dipublikasikan 7 Februari 2017 lalu menunjukkan bahwa penyebaran berita hoax paling sering adalah di media sosial (medsos). Sebanyak 92,4 persen tersebar melalui Facebook, Instagram, Path, dan medsos lainnya.

Sementara di aplikasi chatting seperti Whatsapp, Line, BBM, dan Telegram sebanyak 62,8 persen. Sementara dalam situs web (mainstream maupun alternatif) sebanyak 34,9 persen.

Menurut dia, memang faktanya saat ini, internet seperti pasar, ada penjual, pembeli, saudara, tetangga, penjahat, dan lain sebagainya. Di media daring, produsen bisa jadi konsumen, begitu juga sebaliknya. Semua punya peranan untuk menjaga lingkungan daring yang kondusif.

Ia menambahkan, di dunia daring, karena ranah publik maka UU pun berlaku, dalam hal ini UU ITE. Social network di dunia daring adalah ranah publik, apa yang dikirimkan bisa dilihat semua orang (kecuali yang menggunakan batasan akses). Seperti bicara di pasar menggunakan pengeras suara.

Baca juga: Literasi Rendah Membuat Masyarakat Sering Termakan Hoax

Setiap platform memiliki aturan yang berlaku, serta disampaikan diawal sebelum dipublikasikan dan harus mendapatkan persetujuan dari pengguna. Karena itu, sebaiknya jaga data dan privacy, jangan dikirim secara sembarangan. Pahami tata caranya. "Jejak digital adalah jejak hidup, yang akan melekat sebagai identitas penggunanya. Password berfungsi untuk menjaga keamanan dan data privacy, tidak untuk dibagikan kepada siapa pun kecuali orang yang bertanggung jawab atas dirinya (misalnya orangtua, guru, dan lainnya)," katanya.

Pertemanan di jejaring sosial juga memengaruhi pola pergaulan, sama halnya di dunia nyata. Untuk itu perlu melakukan seleksi dalam pertemanan. Selain itu, akses internet harus memiliki batasan waktu, untuk menjaga kesehatan dan memperluas aktivitas anak. "Internet adalah informasi tanpa batas, banyak ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat serta menjadi ajang kreativitas serta mengasah kemampuan bersosialisasi," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan perilaku pengguna gawai menurut survei Deloitte Global Mobile Consumer di 30 negara, menunjukkan bahwa sebanyak 61 persen memeriksa ponsel pintarnya selama kurang lebih lima menit setelah bangun tidur. Dan sebanyak 96 persen membuka notifikasi yang masuk di ponselnya setiap pagi selama satu jam. Dan sebanyak 75 persen menghabiskan waktu sekitar 15 menit sebelum tidur, untuk memeriksa ponsel pintarnya, seperti memeriksa notifikasi surel, pesan, atau notifikasi dari medsos.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement