Jumat 20 Jan 2017 14:00 WIB

Teknologi Nano untuk Pengendalian Penyakit Tanaman Kentang

Petani memanen kentang di areal perladangan kawasan dataran tinggi Dieng.
Foto: Antara/Anis Efizudin
Petani memanen kentang di areal perladangan kawasan dataran tinggi Dieng.

REPUBLIKA.CO.ID, JATINANGOR -- Teknologi nano dapat berperan dalam pengendalian penyakit pada tanaman. Penelitian inilah yang sedang digeluti Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Prof Hersanti, melalui Academic Leaderships Grant (ALG) Unpad sejak 2015 lalu.

Dalam penelitiannya itu, Hersanti memadukan partikel nano dengan mikroba antagonis, yaitu mikroba yang dapat menekan patogen pada tamanan. dIA lebih memfokuskan penelitiannya pada tanaman kentang, mengingat tanaman ini rentan diserang oleh patogen. Saat ini, juga belum ditemukan varietas kentang yang tahan terhadap berbagai penyakit.

“Karena kentang banyak masalahnya daripada tanaman yang lain. Sedangkan kentang, juga merupakan salah satu komoditas holtikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak diminta oleh masyarakat,” ujar Hersanti seperti dilansir laman: unpad.ac.id, hari ini.

Saat ini, pengendalian penyakit pada tanaman kentang lebih banyak menggunakan fungisida. Selain berbahaya bagi manusia apabila dikonsumsi, penggunaan fungisida juga dapat menimbulkan resistensi pada tanaman sehingga sudah tidak efektif dalam pengendalian penyakit tanaman.

Penggunaan fungisida juga diyakini dapat berbahaya bagi air dan tanah di sekitarnya. “Tidak hanya meracuni tubuh manusia, tetapi juga meracuni mikroba-mikroba yang ada di lahan,” jelas perempuan kelahiran Jakarta, 3 Maret 1963 ini.

Pada penelitian sebelumnya, telah ditemukan beberapa spesies mikroba antagonis yang diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat menekan patogen. Beberapa mikroba antagonis yang berpotensi tersebut kemudian Hersanti formulasikan dengan partikel nano untuk meningkatkan kinerja dari mikroba antagonis, yang juga dapat  digunakan sebagai pupuk tanaman.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Hersanti dan tim, mengingat banyak penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa partikel nano dapat mematikan mikroba antagonis. “Kami sedang meneliti partikel-partikel nano yang tidak bersifat toksik terhadap mikroba antagonisnya dan juga mempunyai pengaruh positif dalam pertumbuhan tanaman," ungkap dia.

Campuran partikel nano dengan mikroba antagonis diformulasikan Hersanti dalam bentuk larutan. Formula ini digunakan untuk merendam benih kentang, agar tanaman terlindungi dari serangan patogen. Melalui perendaman diharapkan, mikroba antagonis dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap patogen.

“Intinya, kita ingin sedini mungkin memberi perlakukan ke tanaman kita, supaya nanti kalau tanaman kita di lapangan sudah terlindungi,” ujar Hersanti.

Meski belum diaplikasikan pada tanaman kentang secara langsung, namun uji laboratorium menunjukkan bahwa mikroba antagonis yang dicampur dengan partikel nano lebih menghambat perkembangan bakteri Ralstonia solanacearum  secara in vitro. “Jadi lebih menghambat, si patogennya tidak berkembang,” ujar Hersanti.

Pada penelitian ALG tahun ketiga, direncanakan akan dilakukan penelitian secara in vivo yaitu dengan menguji pada tanaman kentang. Prof Hersanti pun mengakui, masih perlu penelitian yang panjang dan berkesinambungan agar diperoleh suatu formulasi nano partikel yang tepat sebagai bahan pembawa mikroba antagonis untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan patogen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement