Senin 01 Aug 2016 14:21 WIB

Menyusuri Kehidupan Manusia Purba di Kaki Gunung Ciremai

Rep: Fuji E Permana/ Red: Karta Raharja Ucu
Ara Situs Taman Purbakala Cipari, kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Foto: Fuji E Permana/Republika
Ara Situs Taman Purbakala Cipari, kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Sejumlah artefak dari zaman neolitik (batu muda) sampai paleometalik (logam tua) ditemukan berceceran di Situs Taman Purbakala Cipari, kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Artefak-artefak seperti peti kubur batu, kapak batu, kapak perunggu hingga gelang batu yang tersimpan di Museum Purbakala Cipari, menjadi bukti shahih di tempat itu pernah hidup sekelompok manusia purba.

Artefak-artefak itu juga membuktikan kemampuan manusia purba yang tinggal menetap di sana lebih bagus dibandingkan yang lain. Pengelola Situs Taman Purbakala Cipari, Uu Mardia mengatakan, manusia purba asal Kuningan lebih artistik dibanding di tempat lain.

Anehnya, meski banyak ditemukan artefak di sana, tidak ada arkeolog yang menemukan fosil manusia purba atau pun binatang. Ada beberapa hipotesis tentang tidak ditemukannya fosil manusia purba di kawasan Taman Purbakala Cipari.

Guna menyusuri kehidupan manusia purba disana, wartawan Republika, Fuji E Permana, menemui Pengelola Situs Taman Purbakala Cipari, Uu Mardia. Berbalut celana jens dan kaos santai, Uu menceritakan sejumlah temuan para arkeolog di situs tersebut.

Ia mengatakan, meski tidak ditemukan fosil manusia purba di Situs Cipari, jelas ada bukti yang menunjukan pernah ada kehidupan di sekitar situs Cipari. "Banyak juga ditemukan benda-benda peralatan rumah tangga yang terbuat dari tanah liat setelah melalui proses pembakaran (gerabah)," kata Uu saat ditemui Republika.co.id pekan lalu.

Berdasarkan artefak hasil temuan, peneliti yang melakukan penggalian menyimpulkan, pernah ada manusia purba yang sudah hidup dengan cara menetap di kawasan Cipari. Mereka sudah mengenal cara bercocok tanam. Artinya, mereka tidak berpindah-pidah tempat tinggal (nomaden).

Menurut Uu, manusia purba yang hidup di kawasan Cipari postur tubuhnya seperti manusia zaman sekarang (homosapiens). Mereka hidup di Cipari sejak zaman neoliti sampai paleometalik atau lebih dikenal zaman perunggu.

"Diperkirakan mereka hidup di Cipari sekitar tahun 1000 sampai 500 sebelum masehi," ujar Uu.

Arkeolog dari Universitas Indonesia, Ali Akbar menjelaskan, di periode neolitik manusia sudah bisa membuat bangunan. Namanya bangunan megalitik yang terbuat dari batu-batu besar. Bangunan megalitik terus berkembang sampai ke periode berikutnya.

Periode berikutnya disebut paleometalik, seperti perunggu. Jadi, manusia yang hidup dan menetap di Capiri sudah ada sejak periode neolitik sampai paleometalik.

Menurut Ali, karena mereka hidup di dua periode, biasanya tahunnya disebutkan yang lebih muda yaitu 1.000 sampai 500 sebelum masehi. Itu periodesasi umum berdasarkan peningalannya atau disebut pertanggalan relatif. Jadi, periode paleometalik berlangsung sekitar tahun 1.000 sampai 500 sebelum masehi.

"Periode neolitik itu bisa lebih dari 1.000 sebelum masehi, bisa 4.000 tahun atau 2.000 tahun sebelum masehi," kata Ali menjelaskan.

Alat-alat batu di periode neolitik ditandai dengan bentuk batu persegi empat. Selain itu batunya sudah diasah permukannya. Pekakasnya sudah halus sebab sedang menuju ke zaman perunggu. Di Museum Cipari bisa dijumpai banyak pekakas dari batu yang sudah di asah sampai sangat halus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement