Kamis 23 Jun 2016 10:42 WIB

Telkomgroup Terapkan Best Practice tak Pantas Dituding Diskriminatif

Peresmian BTS Telkomsel di Kewar, NTT
Peresmian BTS Telkomsel di Kewar, NTT

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  -– PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan anak-anak usahanya tak pantas dituding melakukan diskiriminasi dalam berbisnis oleh pesaingnya karena menjalankan hal yang sudah menjadi best practice di industri telekomunikasi.

“Industri telekomunikasi di Indonesia sudah bersifat terbuka dan dasarnya mekanisme pasar sehingga setiap pemain mesti harus pandai mengatur strategi. Hal yang penting tetap mematuhi ketentuan perundangan dan norma yang berlaku. Saya lihat Telkom Group sudah melakukan itu semua,” ungkap Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono di Jakarta, Kamis (23/1).  

Menurut Kristiono hal yang wajar Telkom mendukung Telkomsel karena masih dalam satu grup. “Mengutamakan Telkomsel itu hal yang wajar dan dalam menyikapi persaingan dengan memilih mitra bisnisnya juga masih wajar . Kalau itu menyulitkan pesaing ya bisa terjadi dan lùmrah terjadi.Itulah best practice di industri jadi tidak dapat dikatakan monopoli atau unfair treatment,” katanya.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Nasional Telekomunikasi (Apnatel) Triana Mulyatsa mengatakan keunggulan Telkomsel atau Telkom dari pesaingnya sekarang karena konsisten dalam berinvestasi untuk memperluas jaringan.

“Kunci kemenangan di telekomunikasi itu coverage, capacity, dan quality service. Kenapa coverage yang pertama, karena kudu ada wilayah layanan baru bisa masuk pasar. Bicara coverage ya bangun dong backbone, backhaul, hingga akses. Masa mau bangun akses doing, terus maksa-maksa dikasih sewa dari pesaing. Aneh sekali,” ulasnya.

Diungkapkannya, untuk kawasan timur Indonesia, pesaing Telkom Group pernah memiliki kesempatan untuk membangun backbone secara murah melalui konsorsium Palapa Ring beberapa tahun lalu. Tetapi, konsorsium itu bubar karena beranggapan investasi di daerah timur Indonesia tak layak secara ekonomi.

“Anggota konsorsium itu ada Telkom, Indosat, XL, dan lainnya. Mereka yang mundur, Telkom akhirnya bangun sendiri dan terus berlanjut untuk menjadikan Indonesia global hub. Sekarang teriak-teriak ada ketidakadilan, ini namanya lupa sejarah Bung! Jika kalah bersaing dan tidak mampu menghadapi kompetisi sebaiknya mundur saja jangan menjadi provokator,” ujarnya.

Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno  menegaskan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sudah memberikan dukungan yang sama kepada semua operator telekomunikasi untuk mengembangkan usahanya. 

“Dukungan yang diberikan kepada Telkomsel dan Telkom sebagai perusahaan BUMN sejauh ini juga masih dalam batas yang wajar. Buktinya, tidak ada tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi dua perusahaan pelat merah tersebut. Kalau monopoli segala macam, apa yang mau dimonopoli?  Semua sudah sama,” katanya. 

Disarankannya, agar bisa bersaing dengan Telkom Group pemilik Indosat menyuntikkan dana untuk membangun jaringan. “Harusnya Indosat melakukan sesuatu agar bisa berkembang,” ujar Harry.

Seperti diketahui, tudingan Telkom Group melakukan diskriminasi dalam berbisnis dilontarkan oleh CEO Indosat Alexander Rusli karena gagal dalam negosiasi sewa backbone di Maluku. Telkom beralasan kapasitas terbatas dan mengutamakan digunakan oleh Telkomsel.

Tak hanya itu, Indosat juga menuding tak diperlakukan secara adil dalam negosiasi untuk pembukaan interkoneksi sehingga sulit bersaing di luar Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement