REPUBLIKA.CO.ID,MANADO -- Keberadaan program The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF)dapat menjadi sarana diplomasi Indonesia di kancah Internasional. 

CTI-CFF merupakan kerjasama multilateral enam negara yang berupaya mempertahankan kekayaan laut dan sumber alam yang ada di lepas pantai, termasuk keamanan pangan dari ancaman kerusakan akibat perubahan iklim maupun perbuatan manusia.  CTI-CFF didirikan secara formal dalam pertemuan puncak para pemimpin enam negara tahun 2009.  

Untuk itu, menurut Direktur Eksekutif Sekretariat Regional CTI-CFF Widi A, Pratikno, perlu ada upaya hukum Internasional yang memayunginya, serta kebijakan dari Departemen Luar Negeri Indonesia. "Perlu adanya staf kemlu di kelautan yang piawai menguasai masalah," kata Widi, Jumat (4/12). 

Pihaknya saat ini juga sedang menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga dunia seperti Bank Pembangunan Asia, lembaga UNDP, serta Bank Dunia. "Aliansi ini bisa menjadi kekuatan yang menentukan, apalagi Brunei akan bergabung tahun depan," kata Widi.

Keenam anggota CTI-CFF ini terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Kepulauan Solomon, serta Papua Nu Gini. Upaya menyelamatkan karang laut yang beragam jenis dari ancaman kepunahan merupakan kepentingan global yang harus dilakukan. Selain keenam negara tersebut, CTI-CFF juga mendapat dukungan dari AS dan Australia. 

Indonesia dalam hal ini berperan penting untuk menjamin bagi berkembangnya berbagai species termasuk ikan tuna di wilayah Pasifik. Ikan jenis ini berkembang biak di pasifik sebelum menyebar hingga wilayah AS dan menjadi salah satu makanan utama warga AS. 

Karang laut merupakan tempat berkembangnya 600 karang atau 76 persen spesies karang di dunia selain 37 persen spesies ikan karang di dunia.  Di wilayah ini juga merupakan tempat berlindung dari sejumlah species yang terancam punah seperti kura kura laut, ikan laut termasuk tuna maupun paus biru. 

Ikuti Whatsapp Channel Republika