Rabu 02 Dec 2015 15:13 WIB
Turki vs Rusia

Perhitungan Fisika di Balik Insiden Jatuhnya Jet Rusia di Turki

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Insiden jatuhnya pesawat Rusia oleh Turki telah menarik perhatian dunia, termasuk kalangan ilmuwan. Baru-baru ini, pakar astrofisika menuangkan pemikirannya terkait insiden yang membuat Rusia menjatuhkan sanksi terhadap negara pimpinan Recep Tayyip Erdogan tersebut.

Dua pakar astrofisika Tom Van Doorsselaere dan Giovanni Lapenta menulis di blog Katholieke Universiteit Leuven (KU Leuven). Menurut mereka, bahwa pernyataan Turki dan Rusia sama-sama tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan hukum mekanika.

Pekan lalu, Turki mengatakan pesawat Rusia berada di wilayah udara selama 17 detik. Turki juga menyebut Rusia telah mengabaikan 10 peringatan dari otoritas Turki dalam waktu lima menit sebelum tembakan diluncurkan oleh pesawat F-16. Kedua pakar telah meninjau rekaman video dari pesawat yang ditembak jatuh dan menganalisis jarak tempuh dengan pernyataan yang ada.

Menurut pejabat Turki, jet berada sekitar 2 km di dalam wilayah udara Turki sebelum ditembak jatuh. Jet kemudian jatuh di sekitar 8 km dari Suriah utara. Dari angka tersebut, mereka menghitung bahwa jet berkecepatan sekitar 960 km/jam, kecepatan standar untuk jet jenis ini.

Namun berdasarkan kalkulasi tersebut, menurut Doorsselaere dan Lapenta, pesawat hanya akan berada di wilayah udara Turki selama 7 detik, bukan 17 seperti yang diklaim militer Turki. Pakar juga meragukan 10 peringatan yang disampaikan Turki dalam lima menit. Karena jika jet memiliki kecepatan 960 km/jam, jet tidak akan berada dekat dari wilayah Turki. Selama lima menit, jet masih berada sangat jauh dari wilayah udara Turki.

"Bagaimana bisa pasukan udara Turki bisa memprediksi bahwa jet Rusia itu akan masuk wilayah udaranya?," kata Van Doorsselaere dan Lapenta dikutip Science Alert.

Mereka mengatakan jet militer sangat lincah. Secara teori, jet Rusia bisa menukik tiba-tiba di akhir waktu untuk menghindari pelanggaran. Cerita Turki bukan satu-satunya yang dinilai tidak masuk akal oleh ilmuwan. Pernyataan Rusia yang mengklaim bahwa jet membuat putaran 90 derajat setelah dihantam tembakan juga dinilai tidak sesuai perhitungan.

"Hal itu hanya dapat dicapai oleh obyek yang beberapa kali lebih berat dari jet Su-24 atau lebih cepat dari jet tersebut," kata mereka menjelaskan.

Meski para ilmuwan juga bisa salah dengan perhitungan mereka karena mungkin ada informasi yang terlewat atau hilang. "Berdasarkan perhitungan kami, jelas bahwa cerita kedua negara hanya diambil dari sebutir garam," kata mereka.

 

berita menarik lainnya

Matematikawan prediksi skenario di balik hilangnya pesawat Malaysia Airlines

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement