Selasa 24 Nov 2015 19:10 WIB

62 Persen Pemegang Kartu Kredit Mengakui Informasi Kartunya Dicuri Secara Online

Kartu kredit versus uang tunai
Foto: guardian
Kartu kredit versus uang tunai

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Norton by Symantec, hari ini merilis temuannya dari Norton Cybersecurity Insights Report, yang menyoroti kenyataan pahit dari kejahatan online dan efek personalnya pada konsumen.

Laporan ini menemukan bahwa secara global, 62 persen konsumen percaya bahwa informasi kartu kredit mereka akan dicuri secara online, dibandingkan dengan 38 persen yang berpikir bahwa mereka akan kehilangan informasi kartu kredit dari wallets mereka. Selain itu, 47 persen melaporkan mereka pernah terkena dampak dari cyber crime.

"Kepercayaan konsumen terguncang di tahun 2014, ketika terjadi pelanggaran besar yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengekspos identitas jutaan orang yang hanya melakukan pembelian rutin dari retailer yang sudah dikenal," kata Gavin Lowth, Vice President, Norton Consumer and Small Business, Asia Pacific and Japan.

Ia menambahkan bahwa temuan Norton menunjukkan berita ini menggoyahkan kepercayaan masyarakat dalam aktivitas online. Namun ancaman cybercrime ini belum mendorong adanya pengadopsian perlindungan sederhana yang harus dilakukan orang untuk melindungi informasi mereka secara online.

Di 17 negara yang disurvei, rata-rata konsumen kehilangan hampir 358 dolar AS per orang - dengan total sekitar 150 miliar dolar AS karena kejahatan cyber. Terlepas dari kepedulian dan kesadaran akan kejahatan cyber, konsumen terlalu percaya diri dengan perilaku keamanan online mereka.

Ketika diminta untuk menilai praktik-praktik keamanan mereka, secara konsisten mereka memberi nilai "A" untuk diri sendiri. Namun pada kenyataannya, sebagian besar tidak melakukan tindakan dasar keamanan online: penggunaan password. Saat orang-orang terlalu percaya diri dengan pengetahuan keamanan yang mereka miliki, ketakutan adalah hal lazim. 80 persen merasa bahwa peluang menjadi korban kejahatan online cukup signifikan untuk dikhawatirkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement