REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson memperingatkan Rusia untuk menghentikan serangan siber yang mengancam keamanan nasional Inggris. Jika Rusia tidak menghentikannya maka Rusia akan menghadapi pembalasan serupa dari Inggris.
Dilansir BBC, Jumat (22/12), Johnson mengatakan Inggris tidak memiliki niat jahat namun Inggris memiliki kemampuan teknis untuk memerangi spionase cyber.
Johnson adalah Menteri luar negeri Inggris pertama yang mengunjungi Rusia dalam lima tahun. Perjalanannya menyusul tuduhan Theresa May bulan lalu bahwa Rusia berusaha untuk melemahkan masyarakat berdaulat.
Perdana Menteri Inggris memperingatkan pada November tentang risiko spionase dan gangguan spionase cyber Rusia. Hal ini juga disampaikan oleh Chief executive Pusat Keamanan Cyber Nasional GCHQ, Ciaran Martin. Ia mengatakan Rusia berusaha untuk merusak sistem internasional.
Pada sebuah pertemuan di Moskow, Johnson akan mengatakan kepada rekannya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, bahwa Inggris tidak menerima perilaku bermusuhan Rusia. Menjelang perjalanan itu, Johnson mengatakan bahwa hubungan antara Inggris dan Rusia belum terlalu buruk.
"Ada daerah di mana Rusia berperilaku lebih bermusuhan terhadap kepentingan kita daripada sejak akhir Perang Dingin. Saya akan menjelaskan bahwa ada hal-hal yang sangat sulit kita terima," katanya.
Kedua politisi tersebut juga bersiap untuk membahas ancaman terhadap keamanan global oleh Korea Utara, pencarian penyelesaian politik di Suriah dan pelestarian kesepakatan nuklir Iran.
Johnson juga akan meningkatkan keamanan tim sepak bola Inggris saat Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun depan. Pada Kejuaraan Sepak Bola Eropa 2016, Rusia disalahkan karena melukai lebih dari 100 pendukung Inggris di Marseille.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement