REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mitos mengatakan bahwa perjalanan ke luar angkasa akan menyebabkan Twin Paradox dan membuat astronot menjadi "awet muda" di bandingkan penduduk Bumi. Dosen Prodi Astronomi IT Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan dilasi waktu hanya terjadi ketika pesawat bergerak mendekati kecepatan cahaya.
Dosen Prodi Astronomi IT ITB Ferry M. Simatupang mengatakan Twin Paradox atau Paradoks Kembar terjadi ketika astronot mengalami dilasi waktu. Dilasi waktu, lanjut Ferry, terjadi ketika kerangka atau pesawat yang ditumpangi astronot bergerak mendekati kecepatan cahaya.
Semakin kecepatan pesawat mendekati kecepatan cahaya, maka akan semakin terasa waktu berjalan menjadi lebih lambat di dalamnya.
"Kalau mendekati kecepatan cahaya, dilasi waktu akan makin terasa, disebabkan oleh kerangka (pesawat) bergerak mendekati cahaya sehingga waktu di dalam pesawat akan berbeda dengan waktu di bumi," jelas Ferry saat ditemui di Ruang Seminar Prodi Astronomi ITB, Gedung Center of Advanced Studies.
Ferry mengatakan dalam perjalanan ke luar angkasa, ke Planet Mars misalnya, dilasi waktu tetap ada. Hanya saja, dilasi waktu yang terjadi hanya berkisar dalam hitungan nano detik. Sehingga dengan perjalanan sekitar enam bulan untuk menuju Mars, dilasi waktu tersebut tidak akan terasa dan tidak ada artinya.
Akan tetapi, jika pesawat bergerak mendekati kecepatan cahaya dan berlangsung dalam waktu lama, Ferry mengatakan hal tersebut akan memuat dilasi waktu menjadi terasa. Dilasi waktu tersebut kemudian akan menyebabkan fenomena Paradoks Kembar, di mana waktu yang berjalan di dalam pesawat berbeda dengan waktu yang berjalan di Bumi.
"Kalau hanya dalam jangka dua tahun, misalnya, tidak akan terlihat (efek dilasi waktu yang dalam hitungan nano detik)," ungkap Ferry.