Selasa 04 Nov 2014 22:27 WIB

Kemajuan Teknologi Rekam Video Lewat Ponsel

Rep: C69/ Red: Julkifli Marbun
Ponsel berkamera (ilustrasi)
Foto: Antara/Arief Priyono
Ponsel berkamera (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan teknologi mengantarkan kita pada era dimana pembuatan film tak lagi sesulit dahulu. Kini prosesnya tidak lagi perlu peralatan mahal dan anggaran yang besar. Pembuat film masa kini juga tidak harus repot membawa kamera konvensional yang super berat.

Kini, film bisa dikatakan dapat diproduksi oleh siapapun dan dimanapun. Itu juga yang dikatakan oleh Deddy Mizwar, insan film yang kini aktif sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat pada saat pengumuman nominasi Festival Film Bandung (FFB), bulan Agustus lalu. "Sekarang ini hanya dengan kamera handphone, kita sudah bisa membuat sebuah film," katanya saat itu.

Dulu, kemampuan kamera pada ponsel untuk merekam gambar masih sangat terbatas. Kini sudah banyak ditemukan berbagai merk ponsel dengan perekam gambar yang bisa diandalkan. Bahkan sudah ada yang mendukung teknologi High Definition (HD). Hingga gambar yang dihasilkan pun luar biasa jernih.

Kemajuan ini telah banyak dimanfaatkan dalam dunia hiburan. Ada beberapa contoh film yang diproduksi secara profesional dengan hanya menggunakan kamera pada ponsel.

Tren ini nyatanya mulai muncul di tahun 2010 dengan munculnya film pendek berjudul The Commuter. Film yang dibintangi oleh aktor dan aktris Hollywood ini digarap oleh sutradara Inggris, McHenry Brothers (Edward dan Rory Mchenry). Secara khusus, film ini memang disponsori langsung oleh Nokia. Dalam pembuatannya, mengandalkan kamera yang memiliki kemampuan untuk membuat video HD 720p dari Nokia seri N8.

Tahun berikutnya, ada pula film indie yang berjudul Olive. Film yang dibuat oleh sutradara film indie dari San Francisco, Hooman Khalili dan dibintangi Gena Rowlands ini dalam produksinya, juga menggunakan kamera dari smartphone Nokia N8.

Hanya saja perangkat ini dipadukan dengan lens-adapter 35mm. Dalam video behind the scene ditampilkan bahwa untuk membantu pengambilan gambar yang lebih luas dan variatif, Hooman juga memasang ponsel itu ke Helikopter dengan Remote Control  dan sepeda motor.

Lebih jauh lagi, saat ini marak bermunculan smartphone yang memberikan daya pikat lewat resolusi video 4K-nya. Melihat itu, kemampuan smartphone saat ini bisa dibilang membuka kesempatan bagi para pembuat film amatir untuk memproduksi film sendiri.

Apalagi ponsel kini menjadi perangkat yang selalu menyertai siapapun. Ditambah dengan menggunakan perangkat itu pembuatan film tidak terlalu memerlukan modal besar.

"Teknologi ini sangat mungkin untuk membuat film," ujar Sutradara muda Teddy Soeriaatmadja saat peluncuran produk Sony Xperia Z3 di Jakarta.

Ia yang terkenal dengan filmnya Banyu Biru dan Badai Pasti Berlalu ini diajak berkolaborasi dengan vendor smartphone itu untuk menciptakan sebuah video pendek. Videonya hanya menggunakan Xperia Z3. Pasalnya ponsel ini memang salah satu yang mengunggulkan kemampuan kamera dan fitur perekam video 4K.

Resolusi 4K sendiri dikatakan mampu untuk menghasilkan kualitas video super jernih. Kehebatannya disebut-sebut mencapai empat kali lebih tinggi dari Full HD. Di samping itu, teknologi ini juga memungkinkannya untuk mengambil gambar dalam kondisi pencahayaan rendah sekalipun. Dalam peluncuran produknya, Xperia Z3 yang mengusung teknologi ini diklaim memiliki kamera dan camcorder terbaik di dunia.

Ada keunikan tersendiri, menurut Teddy ketika sebuah film diproduksi dengan kamera ponsel. "Keuntungan mengambil gambar lewat ponsel, kita bisa mencapai angel yang sulit dicapai bila dengan kamera besar," tuturnya.

Di luar itu, pembuatan film menggunakan ponsel melalui perangkat ini didukung sensor 1/2.3” Exmor RS dan mesin pemroses BIONZ™ untuk ponsel. Keduanya bekerja bersama untuk memberikan foto dan video dalam detail tajam dan hidup. Untuk perekaman video, Teknologi SteadyShot™ baru yang ditingkatkan milik Sony dengan Intelligent Active Mode mengimbangi pergerakan pengguna.

Teknologi itu akan menganalisa lusinan bingkai mundur dan maju. Fungsinya untuk memprediksi gerakan selanjutnya dan membuat panning lebih halus serta gambar yang lebih stabil.  "Dengan perkembangan teknologi sekarang, film makers akan berkembang," tambahnya lagi.

Memperkuat keunggulannya dalam rekam gambar, pengguna dapat menciptakan film dari foto dan video dengan Movie creator. Kehadiran teknologi ini pada ponsel terbaru Sony Xperia menurut Director & Market Head Indonesia, Sony Mobile Communications, Jason Smith, menjadikan pengabadian momen berharga dalam kualitas tinggi dengan detail menakjubkan dapat dilakukan kapan pun dan dimana pun.

"Rekam dari berbagai sudut dengan menggunakan hingga tiga perangkat Xperia yang kompatibel secara bersamaan dengan Multi-camera, atau tambahkan suara ke foto dengan Sound Photo," katanya.

Dengan memunculkan teknologi ini juga menurutnya, pihak Sony percaya bahwa konsumen seharusnya tidak puas dengan sekadar pengalaman yang baik. Mereka saat ini juga menuntut kehebatan. Dengan ini, pihaknya membuat konsumen memilih produknya tanpa perlu kompromi lagi ketika melakukan pembelian.

“Seri Xperia Z3 dari Sony Mobile ditujukan kepada mereka yang merasa sekadar ‘bagus’ tidaklah cukup,” cetusnya.

Tidak hanya Sony, era konvergensi media, ponsel, video, dan kamera ini salah satunya ditandai juga dengan kemunculan produk dari Samsung. Vendor ini memunculkan produk smartphonenya yang bernama Galaxy S5 dengan kemampuan merekam video.

Sama dengan vendor sebelumnya, Samsung juga mengunggulkan kualitas video perekamnya yang memiliki resolusi 4K. Seperti merk sebelumnya, Samsung juga membuktikan kualitas camrecordernya melalui video pendek yang berjudul "Sunrise to Sunset" pada Juli tahun ini.

Pengamat Teknologi Informatika, Abimanyu Wachjoewidajat melihat fenomena ini justru sebagai kebingungan vendor. Dari sisi industri menurutnya, mereka ditekan untuk terus mengeluarkan produk dengan terobosan baru. Tuntutan penyertanya, mereka harus tetap mempertimbagkan potensi pasar.

Sementara, saat ini menurutnya pengembangan kamera adalah yang paling mungkin untuk dilakukan. Terobosan ini juga dianggap yang paling mudah diterima masyarakat. "Ini bukan berarti peminat camrecorder 4K itu meningkat atau cita-cita menjadi sutradara sedang melejit," ungkapnya.

Hanya saja, ia setuju jika dengan perkembangan teknologi ini kemajuan sinematografi bisa terpacu. Pasalnya, sebelum ini ketersediaan perangkat masih menjadi kendala utama bagi para movie maker. Hal itu erutama bagi mereka yang amatir.

Meski begitu, ia melihat hal ini belum bisa menjadi ancaman bagi video recorder konvensional. Terutama soal keterbatasan fitur dalam ponsel. Ini termasuk keterbatasan ponsel dalam kondisi low light. Keterbatasan sinar dan ISO dikatakan belum seluas camera recorder konvensional.

Perangkat ini juga dianggap masih belum mampu menciptakan konten TV yang kompleks. "Kalau hanya untuk news saja yang simple ini sudah mampu," ujar dia.

Adapun soal durasi. Perekaman gambar menggunakan ponsel masih tidak bisa memfasilitasi perekaman dengan durasi panjang. Perangkat ini cenderung cepat panas ketika sudah melewati limitnya.

"Meski memang ini bukan kendala utama, pembuatan movie dalam sekali take biasanya tidak lama," tambah Abimanyu.

Maka, bila dikatakan bahwa teknologi perekaman video dengan smartphone canggih sudah bisa menggantikan kamera film konvensional, Abimanyu mengatakan masih butuh waktu. Meski dengan melihat cepatnya progres konvergensi media saat ini, diperkirakan itu tidak akan lama.

Apalagi dengan daya tawar ponsel yang ringan dan ringkas. Jika kemajuan teknologi rekam video semakin mengedepankan prinsip ini, bisa jadi menurutnya nasib camrecorder akan tamat.

"Tidak akan lama, mungkin dalam waktu 2 tahun kendala-kendala tadi akan bisa dilewati," cetus dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement