Ahad 14 Jul 2013 19:05 WIB

'Follower' Twitter @BarackObama Juga Banyak Yang Palsu

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Citra Listya Rini
Akun Twitter Barack Obama
Akun Twitter Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak hanya akun Twitter @SBYudhoyono yang memiliki banyak follower atau pengikut palsu. Akun Twitter milik Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yakni @BarackObama juga pengikutnya banyak yang palsu.

"Fakta yang menarik untuk disinggung adalah pola akun palsu ini tak semata terjadi di Indonesia. Akun para politisi dan selebritas di AS juga memiliki jumlah pengikut diduga palsu yang juga menakjubkan seperti akun Presiden AS Barack Obama," kata Peneliti Prapancha Research (PR), Cindy Herlinmarta kepada Republika, Ahad (14/7).

Dari 33,7 juta pengikut @BarackObama di Twitter, sebanyak 54 persen diduga palsu. Sisanya 27 persen tidak aktif, dan hanya 19 persen yang aktif.

Sedangkan penyanyi nyentrik Lady Gaga yakni @ladygaga memiliki 47 persen pengikut diduga palsu, 28 persen tidak aktif, dan hanya 19 persen aktif. Ironisnya, ujar Cindy, bahkan akun resmi Twitter yakni @twitter memiliki 56 persen pengikut diduga palsu, 29 persen tidak aktif, dan 15 persen aktif.

Pun, akun resmi Facebook yakni @facebook mempunyai 56 persen pengikut diduga palsu, 27 persen tidak aktif, dan 17 persen aktif. Di AS harga akun palsu bisa dibanderol sekitar 0,01 dolar AS (Rp 100) per follower.

Hal ini menunjukkan jumlah pengikut di Twitter tak hanya berfungsi memperlihatkan berapa banyak orang yang mendapatkan kicauan sang pengguna. Twitter telah menjadi simbol status dan kedudukan.

"Bisa jadi adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi seorang berpengaruh untuk memiliki jumlah pengikut yang melebihi orang berpengaruh lainnya," tutur Cindy.

Ditambahkan Cindy, Twitter kini telah dipandang oleh banyak organisasi dan perusahaan sebagai sarana promosi dan iklan yang tak kalah strategis dibanding media massa konvensional. Seseorang dengan follower berlimpah dapat menetapkan tarif yang cukup tinggi untuk per kicauansesuai pesanan pengiklan.

"Intinya, jumlah pengikut Twitter hari ini telah menjadi hal yang sarat dengan kepentingan ekonomi dan simbolik. Namun, status dan kedudukan yang sesungguhnya akan tetap diuji oleh publik yang nyata dalam kurun waktu yang tak terbatas," kata Cindy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement