Kamis 02 May 2013 08:52 WIB

Yakin Smartphone Bikin Lebih Smart?

Rep: Friska Yolandha/ Red: Mansyur Faqih
Smartphone. Ilustrasi.
Foto: BGR
Smartphone. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak yang tidak menyadari hari-hari mereka telah dihabiskan untuk mengecek smartphone masing-masing. Ponsel segala bisa itu telah menyedot perhatian pemiliknya lebih lama dibandingkan interaksi langsung sesama manusia.

Ponsel pintar tersebut diklaim sebagai alat yang membuat banyak hal menjadi lebih mudah, efisien, menghemat waktu, menjembatani jarak, dan mengurangi biaya. Namun ada yang aneh dengan si ponsel pintar. Meski pun ratusan juta smartphone beredar di seluruh dunia, ekonom tetap tidak bisa melihat keberadaannya.

Ternyata, ekonom menilai tidak menemukan bagaimana si ponsel pintar ini bekerja sesuai dengan fungsinya, seperti yang diklaim orang-orang. Mereka tidak melihat bagaimana perangkat ini bisa meningkatkan produktivitas pekerja, sama seperti yang telah dilakukan komputer secara kejam selama 70 tahun terakhir.

Karena, melihat angka produktivitas pejabat Amerika Serikat, tercatat lebih rendah tiga persen bila dibandingkan dengan era sebelum smartphone hadir, yaitu sekitar 1995-2004. Sejak 2004 tingkat pertumbuhan produktivitas pejabat AS adalah sekitar 1,5 persen. Rasio ini jauh di bawah rata-rata jangka panjang sebesar 2,25 persen. Angry Birds telah mengalihkan perhatian mereka dari tugas negara.

 

Ekonom dari Northwestern University Roberd J Gordon mengungkapkan iPhone tidak memberikan kontribusi apa pun dalam peningkatan produktivitas mereka.

Berbeda pendapat dengan Gordon, Chief Executive Ebay John Donohoe mengklaim teknologi justru membuat bisnis jauh lebih produktif.

"Mereka mengambil foto dan mengirimkan ke web dalam dua menit," ujarnya seperti dikutip Wall Street Journal. Dengan cara yang secepat itu mereka bisa menjual lebih banyak barang di situs tersebut, dan menghasilkan keuntungan yang besar.

Insinyur Software Marc Andreesse bahkan menggambarkan masa depan akan diisi oleh dua kelas: mereka yang memprogram mesin dan mereka yang diprogram oleh mesin.

Teknologi berubah sangat cepat. Bahkan lebih cepat dari manusia. Hal yang membuat keuntungan perusahaan tetap tinggi dan lapangan kerja masih lemah adalah karena teknologi, bukan karena lebih banyak orang bekerja.

Pada akhirnya, semua akan kembali pada teori JCR Licklider di 1960 yang mengatakan dalam beberapa tahun ke depan otak manusia dan komputerisasi akan bersatu. Menghasilkan otak manusia yang berpikir seperti sebuah mesin. Ini sedang terjadi, dan sangat cepat.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement