Kamis 21 Feb 2013 06:16 WIB

Ancaman Asteroid, Bumi Masih Gagap

Rep: Rahmad Budi Harto/ Red: Chairul Akhmad
Jejak asap lintasan meteor Ural.
Foto: Ezkool.com
Jejak asap lintasan meteor Ural.

REPUBLIKA.CO.ID, Asteroid berukuran di bawah 100 meter masih sangat sulit dideteksi oleh teknologi teleskop yang ada.

Para ilmuwan Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) harus merevisi angka itu dua kali. Awalnya, data dari berbagai laboratorium infrasonik di seluruh dunia memberi estimasi 300 kiloton.

Setelah masuk data baru dari laboratorium infrasonik lain, angka direvisi menjadi 470 kiloton. Akhirnya, data tambahan dari lima laboratorium infrasonik membuat ilmuwan NASA di Laboratorium Propulsi Jet di Pasadena, California, menaikkan estimasi ke angka 500 kiloton.

Angka itu mewakili kekuatan ledakan meteor yang meledak di atas langit kawasan Ural, Rusia, pada Jumat (15/2) pagi sekitar pukul 09.15 waktu setempat (10.15 WIB). Sebagai gambaran, ledakan bom atom di Hiroshima 'hanya' 12,5 kiloton saja.

Beruntung batuan langit itu tak cukup keras untuk menembus panasnya gesekan atmosfer Bumi sehingga pecah berantakan di udara, walau sempat mengirimkan gelombang kejut ledakannya ke Bumi, membuat kaca-kaca jendela gedung di Kota Chelyabinsk, pecah berantakan melukai seribu warga.

Ledakan di atas langit Ural pertama kali direkam oleh laboratorium infrasonik di Alaska yang berjarak 6.500 kilometer dari lokasi ledakan meteor. Peralatan itu didedikasikan untuk mengendus gelombang berfrekuensi rendah, seperti pada gempa Bumi, untuk dapat mengukur kekuatan getaran. [berita selengkapnya, baca Harian Republika, edisi Kamis 21/2)].

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement