Senin 14 Nov 2011 12:26 WIB

Kegagalan Teknopreneurship karena tak Berbasis Kebutuhan

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Masih sedikitnya pelaku usaha berbasis teknologi (teknopreneurship) di Indonesia, menurut Ketua Umum Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI), Warsito P Taruno karena belum berbasis kepada kebutuhan masyarakat. Akibatnya, para peneliti asyik dengan dunianya sendiri dan tak mengaplikasikan teknologinya ke dunia bisnis atau usaha.

"Banyak peneliti atau teknolog ketika ingin terjun ke dunia bisnis tak melihat seberapa besar kebutuhan masyarakat kepada teknologi yang dihasilkannya. Akibatnya ketika memaksakan diri untuk menjadikan teknologinya produk yang diminati masyarakat, mereka menemukan kegagalan," papar Warsito, dalam rilis MITI terkait Research and Technoday 2011 yang digelar Universitas Diponegoro, Semarang, akhir pekan lalu.

Warsito menambahkan, kondisi diperparah dengan belum besarnya perhatian pemerintah kepada upaya penumbuhan usaha kecil berbasis teknologi. "Sudah tak berbasis kebutuhan publik, juga masih ada kesenjangan antara keinginan peneliti dengan perhatian pemerintah dalam membangun wirausaha berbasis teknologi. Harusnya, dua kepentingan ini sinergi," papar peneliti pemegang paten teknologi memindai empat dimensi (ECVT 4D), yang sedang mengembangkan perangkat pembasmi kanker payudara ini.

Sinergi tersebut dinilainya sebagai keharusan. Warsito mencontohkan bagaimana Singapura gagal membangun teknopreneurship dari para penelitinya meski sudah mengucurkan dana insentif tak kurang dari  Rp 1 triliun selama 15 tahun. Demikian pula Filipina dan beberapa negara ASEAN lainnya. Meski demikian, Warsito tak menampik bila peneliti yang membangun usahanya berbasis kebutuhan masyarakat dapat berkembang tanpa campur tangan pemerintah.

sumber : Rilis MITI
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement