Jumat 02 Jan 2015 13:16 WIB

40 Doktor MITI Bahas Pembangunan Indonesia Berbasis Pengetahuan

Para anggota MITI
Foto: dok MITI
Para anggota MITI

REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK –Mengawali tahun baru 2015, 40 doktor yang tergabung dalam Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) sepakat membahas strategi pembangunan Indonesia berbasis pengetahuan, Kamis (1/1), di MITI Center, Depok. Mereka juga sepakat untuk lebih proaktif dan inisiatif dalam pembangunan nasional.

Dalam pertemuan ini, para doktor yang notabene adalah lulusan luar negeri berkumpul untuk menyinergikan langkah dan upaya untuk membawa bangsa Indonesia lebih maju dan bermartabat.

Ketua Umum MITI, Dr Warsito P Taruno, M Eng, menyampaikan bahwa MITI akan membuka wilayah sumber-sumber pertumbuhan baru di tengah masyarakat dengan dasar ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. "Kami menyadari bahwa amanah untuk memajukan Indonesia ada di pundak kami," ungkapnya dalam siaran persnya yang diterima Republika Online, Jumat (2/1).

"Kita bukan tidak punya modal untuk bisa melakukan seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa paling maju di dunia sekali pun. Kita memiliki semua modal untuk menjadikan Indonesia yang maju, baik sumber daya alam yang melimpah maupun sumber daya manusianya yang unggul, sesuatu yang sangat sedikit dimiliki oleh negara-negara yang telah maju di dunia," tambah Warsito dalam pernyataannya. Hanya saja, yang belum terjadi adalah kesesuaian di antara keduanya.

Menjawab tantangan ini, para doktor sepakat jika sistem inovasi nasional dapat menjadi solusi. Sistem inovasi nasional merupakan tugas pemerintah di samping pembangunan infrastruktur. Sistem inovasi nasional harus menjamin terjadinya transfer ilmu pengetahuan dari universitas dan lembaga penelitian ke sektor pengguna di industri dan bisnis. Pemerintah harus menciptakan ruang, sarana dan insentif bagaimana mata rantai itu bisa terwujud.

"Agar SDM lulusan universitas kita bisa terpakai untuk mengolah sumber kekayaan alam kita, maka yang pertama harus dilakukan pemerintah adalah menjamin bahwa proses pengolahannya dilakukan di dalam negeri," tambah Warsito. Pemerintah dan industri nasional harus bersinergi untuk menjadikan rakyat lebih berdaya dengan cara menciptakan pasar bagi produk inovasi dari rakyat.

Melalui jejaring luas yang dimiliki MITI, para doktor yakin bila amanah kesejahteraan rakyat yang mereka emban dapat segera terwujud jika berbagai pihak dapat bersinergi. Sejak didirikan 10 tahun yang lalu, MITI membawa misi untuk menjadi pendorong terwujudnya Indonesia yang dibangun berdasarkan ilmu pengetahuan. Bukan eksploitasi sumber kekayaan alam semata, tetapi Indonesia yang memanfaatkan kekayaan intelektual dari sumber daya manusia yang unggul. MITI mengambil peran non-partisan sebagai networking dan pipeline, menjadi sumber inspirasi, pendorong, dan penghubung ke semua pihak untuk membangun Indonesia yang sejahtera da  bermartabat berbasis ilmu pengetahuan.

Selama 10 tahun ini, MITI telah berupaya membangun jaringan dan kemitraan di seluruh Indonesia dan luar negeri. Di kalangan mahasiswa, MITI telah bermitra dengan hampir 80 kampus di 30 provinsi di Indonesia. MITI juga bermitra dengan jaringan PPI Dunia, berbagai organisasi swadaya masyarakat maupun NGO internasional.

MITI berharap pertemuan awal tahun ini akan menjadi forum bagi para intelektual Indonesia yang mempunyai kepedulian terhadap pembangunan Indonesia berbasis ilmu pengetahuan untuk terus menyuarakan dan mengawal kebijakan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembangunan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement